EKBIS.CO, JAKARTA – Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menilai, penyerapan beras petani yang sedikit lamban oleh Perum Bulog disengaja sebab stok dirasa aman. Untuk itu, kata dia, momentum tersebut merupakan sinyal bagi Bulog mempertimbangkan opsi untuk menggandeng swasta.
Diketahui, saat ini stok beras Bulog mencapai 2,050 juta ton sedangkan serapan beras petani baru mencapai 400 ribu ton dari target 1,8 juta ton tahun ini. Kendati demikian menurut dia, lambannya penyerapan tersebut dinilai baik untuk menstimulus pihak swasta agar ikut menyerap beras dari petani juga.
Sesuai fungsinya, kata Nailul, stok beras Bulog memang harus berfungsi sebagai cadangan jika sewaktu-waktu stok dan harga bergejolak di pasar. “Jadi biarkan mekanisme pasar yang bekerja dengan melibatkan pihak swasta,” kata Nailul saat dihubungi Republika, Selasa (7/5).
Menurut dia, bagaimanapun sistem ekonomi akan lebih efisien jika pemerintah melibatkan swasta. Di sisi lain, total cadangan beras Bulog yang tersedia tersebut harus disalurkan apabila pasar memang membutuhkan. Terkait dengan penyaluran itu, pihaknya mengatakan penyaluran dapat melalui sektor komersil dan bersaing dengan produsen beras premium lainnya.
Sedangkan untuk penyaluran melalui pengalihan ekspor, kata dia, hal itu belum dianggap sebagai langkah yang solutif. Alasannya, harga beras dalam negeri masih sering mengalami fluktuasi, alias belum sepenuhnya stabil. Dia menambahkan, kebutuhan dalam negeri harus lebih dulu dipentingkan.
“Ekspor memang bagus untuk kontribusi terhadap neraca perdagangan, namun akan sia-sia apabila harga di dalam negeri justru jadi ngggak stabil,” kata dia.