EKBIS.CO, JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) mulai melakukan operasi pasar untuk komoditas telur ayam hari ini, Rabu (8/5) di pasar tradisional. Operasi pasar ditempuh akibat adanya pegerakan kenaikan harga pada komoditas tersebut dalam sepekan terakhir.
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, mengatakan, kenaikan harga berkisar mulai Rp 1.000 sampai Rp 2.000 per kilogram (kg). Meskipun kenaikan relatif belum signifikan, antisipasi dilakukan untuk mencegah kenaikan harga yang lebih liar.
“Perlu kami sampaikan beberapa waktu lalu peternak ayam petelur merasakan harga yang rendah dan saat ini sudah stabil. Jika ada kenaikan di pasar, kita akan lakukan operasi di daerah yang harganya naik,” kata Amran di Pasar Tebet Barat, Jakarta, Rabu (8/5) pagi.
Sesuai acuan pemerintah, harga penjualan telur ayam ras sebesar Rp 23 ribu per kg. Sementara itu, hingga Selasa (7/5) Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) mencatat rata-rata nasional harga ayam naik menjadi Rp 25.900 per kg. Di wilayah Jakarta, mengutip statistik Info Pangan Jakarta, terlu ayam ras dihargai Rp 24.829 per kg.
Amran mengatakan, pada operasi pasar pertama ini, pihaknya menggelontorkan 8 ton telur ayam ras milik peternak dan dijual seharga Rp 23 ribu per kg. Pasokan telur tersebut berasal dari PT Puri Farm di Serang Banten.
Adapun sebaran operasi pasar yakni ke Pasar Tebet Barat Jakarta Selatan, Pasar Glodok Jakarta Barat, Pasar Gondangdia Jakara Pusat, Pasar Pulogadung Jakarta Timur, Pasar Petojo Hilir Jakarta Pusat, Pasar Palmerah Jakarta Pusat, Pasar Pluit Jakarta Utara, serta Toko Tani Center di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Masing-masing lokasi mendapatkan pasokan telur sebanyak 1 ton.
Amran mengatakan, operasi pasar telur ayam ras akan terus dilakukan di seluruh wilayah Indonesia yang mengalami kenaikan harga. Ia menyatakan, rata-rata produksi telur ayam ras per hari sebanyak 7.800 ton. Jumlah itu, kata Amran, sangat mencukupi memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Kita bisa penuhi kebutuhan dalam negeri, bahkan telur kita sudah bisa ekspor. Jadi ini kita jaga setiap hari,” ujarnya.
Menurut Amran, stabilnya pasokan dari dalam negeri semestinya tidak membuat harga di pasar mengalami kenaikan. Sejauh ini, ia menilai, kenaikan harga telur terjadi secara alamiah di pasar tradisional imbas dari efek psikologis di Bulan Ramadhan. Pihaknya meminta para pedagang untuk tidak mempermainkan harga dan mengambil keuntungan secara berlebihan.
“Konsumen harus bisa menikmati harga yang sesuai, begitu pun para peternak di hulu. Pengusaha juga perlu untung dengan menikmati harga yang baik,” tuturnya menambahkan.