EKBIS.CO, JAKARTA – Industri manufaktur akan tumbuh dan berkembang apabila didukung melalui tiga faktor penting, yakni adanya peningkatan investasi, pemanfaatan teknologi, dan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten. Diketahui, Indonesia didukung ketersediaan sumber daya manusia (SDM) akibat bonus demografi hingga 2030.
Tenaga Ahli Kementerian Perindustrian Bidang Pengembangan Pendidikan Kejuruan dan Vokasi Industri Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Mujiyono mengatakan, guna membangun kualitas SDM, kuncinya adalah pendidikan. Dalam hal itu, kata dia, Kemenperin melalui Badan Pengembangan SDM Industri (BPSDMI) memiliki tugas untuk menyiapkan tenaga kerja yang sesuai kebutuhan sektor manufaktur.
“Dengan meningkatkan kompetensinya dan jumlah tenaga ahlinya, ini akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi yang cepat sekali. Tetapi sebaliknya, kalau kita tidak kelola dengan baik, akan menjadi masalah sosial,” kata Mujiyono dalam keterangan pers yang diterima Republika, Ahad (12/5).
Jika bonus demografi yang dinikmati dimanfaatkan dengan baik, dia mencontohkan, ketika ada bonus demografi, Jepang sempat mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 5,9 persen. Bahkan, perekonomian Cina mampu meroket di angka 9 persen. Untuk itu pada tahun ini, menurutnya, pemerintah fokus terhadap upaya pengembangan kualitas SDM yang menjadi agenda pembangunan nasional.
Adapun saat ini, dia menjabarkan, jumlah tenaga kerja di sektor industri lebih dari 18,2 juta orang. Industri menjadi sektor penyerap tenaga kerja cukup banyak secara nasional. Menurut dia, hal tersebut setiap tahun terus tumbuh dengan rata-rata 600 ribu orang per tahun tambahannya.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan, yang dibutuhkan Indonesia saat ini dalam memacu pertumbuhan ekonomi nasional, selain merevitalisasi sektor industri manufaktur, juga perlu dilakukan pembenahan di sektor pendidikan.
Guna mencapai sasaran tersebut, menurut Airlangga, optimalisasi peran dari pendidikan vokasi seperti politeknik harus ditingkatkan. Selain itu, diperlukan langkah masif terhadap kegiatan reskilling dan pelatihan kompetensi dalam membangun kualitas SDM Indonesia terutama di sektor industri.
“Program ini akan menjadi mainstream dalam kebijakan pendidikan selanjutnya,” kata dia.
Dia menyarankan, Indonesia semestinya merombak kurikulum pendidikan dengan lebih menekankan pada bidang science, technology, engineering, arts, and mathematics (STEAM). Sebab, kata dia, pendidikan dalam aspek tersebut menjadi basis manufaktur dan ekonomi digital pada masa mendatang.
Airlangga menambahkan, pihaknya juga mendorong pelaku industri bersama pemangku kepentingan terkait seperti lembaga riset dan perguruan tinggi untuk aktif melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan dalam upaya menciptakan inovasi di sektor manufaktur.
Agar pelaku industri dapat terdorong untuk terlibat dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan vokasi serta aktif melakukan kegiatan litbang, dia melanjutkan, pemerintah akan meluncurkan insentif super deductible tax. Fasilitas itu diklaim bakal menciptakan tenaga kerja industri yang kompeten serta menghasilkan inovasi produk.
Program prioritas pemerintah saat ini adalah melakukan perbaikan sistem melalui pendidikan dan pelatihan vokasi, hal itu diharapkan dapat meningkatkan keterampilan tenaga kerja. Dalam hal ini, Airlangga menyatakan, pemerintah siap berperan menyiapkan dan menghasilkan SDM industri yang kompeten.
Adapun salah satu langkah strategis yang dijalankan oleh Kemenperin, yakni pengembangan pendidikan vokasi menuju dual system yang diadopsi dari Jerman. Konsep pendidikan itu, kata Airlangga, diwajibkan di seluruh unit pendidikan vokasi binaan Kemenperin, yang terdiri dari sembilan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), 10 Politeknik, dan dua Akademi Komunitas.
“Jadi, semua lulusan kita nantinya akan terserap kerja,” kata dia.
Dia menambahkan, pemerintah juga memberikan sertifikat kompetensi tenaga kerja industri. Dia memastikan, semua sekolah vokasi sudah dipayungi dengan SKKNI. Lebih lanjut dia menjelaskan, dalam pengembangan SDM menuju industri 4.0. Kemenperin sedang membangun Pusat Inovasi dan Pengembangan SDM Industri 4.0 di Jakarta, sebutnya.
Terkait akselerasi program pendidikan vokasi, pihanknya telah menuangkan gagasan tersebut di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2020-2024, dengan target penambahan 500 politeknik yang link and match dengan industri.