EKBIS.CO, JAKARTA -- Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Assyifa Szami Ilman menilai, pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2019 yang mencapai 5,07 persen belum cukup untuk menopang target pertumbuhan ekonomi gagasan pemerintah, yakni sebesar 5,3 persen sampai akhir tahun 2019. Beberapa faktor yang diduga awalnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, ternyata tidak begitu signifikan perannya dalam capaian pertumbuhan.
Salah satu faktor yang berperan besar dalam melambatnya pertumbuhan ekonomi itu adalah kenaikan harga tiket pesawat selama beberapa tahun terakhir. Hal ini berdampak pada mobilitas manusia antar daerah di negara kepulauan.
"Juga, sektor pariwisata di Indonesia," ujar Ilman dalam rilis yang diterima Republika, Sabtu (12/5).
Ilman mengatakan, pariwisata memiliki dampak terhadap tingkat konsumsi suatu daerah. Apabila sektor pariwisata tumbuh, maka tingkat konsumsi di daerah tersebut juga akan kuat. Baik itu karena pengaruh belanja wisatawan maupun masyarakat setempat.
Beberapa daerah di Indonesia yang bergantung besar terhadap sektor pariwisata pun juga terkena dampak dari kenaikan harga tiket pesawat akhir-akhir ini seperti Bali dan Nusa Tenggara. Pada akhirnya, Ilman menambahkan, hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.
Menurut catatan Ilman, pertumbuhan Produk Domestik Bruto Regional (PDRB) di Bali dan Nusa Tenggara yang notabene menjadi tempat pariwisata utama memiliki tingkat pertumbuhan sebesar 4,64 persen. Angka itu masih dibawah capaian nasional.
Arus mudik mendatang juga pasti akan dipengaruhi dengan harga tiket pesawat yang berlaku. "Sehingga penting bagi pemerintah untuk terus memperbaiki struktur pasar dan struktur harga di sektor transportasi udara tersebut,” ujar Ilman.
Selain tiket pesawat, faktor lain yang tidak sesuai ekspektasi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi adalah pemilu. Anggaran Rp 25 triliun untuk pesta demokrasi ini dinilai Ilman belum mampu mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai yang diharapkan.
Padahal, pemilu semula diharapkan dapat mendorong sektor konsumsi. Sebab, sektor investasi bisa dikatakan belum cukup berani bertindak untuk investasi karena menunggu hasil pemilu.
Ilman mengatakan, capaian pertumbuhan yang sudah ada saat ini juga kembali membutuhkan diskusi lebih lanjut. Pasanya, faktor pendorong konsumsi yang tersisa sepanjang tahun ini bisa dikatakan hanyalah Ramadan dan Lebaran. "Mungkin juga Natal dan Tahun Baru," tuturnya.
Hanya saja, Ilman menuturkan, momentum itu belum cukup untuk menjaga pertumbuhan perekonomian di kuartal-kuartal selanjutnya di mana pertumbuhan ekonomi di periode tersebut harus mencapai rata-rata 5,4 persen. Oleh karena itu, perlu cara lain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Ilman menyebutkan, salah satu cara untuk mendorong konsumsi adalah dengan menghilangkan barrier atau hambatan yang dihadapi oleh sektor konsumsi untuk bisa tumbuh.