EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menilai terjadinya defisit neraca perdagangan april menunjukan bahwa ekonomi dunia saat ini pergerakannya sedang tidak mudah. Hal ini terlihat tak hanya dari impor yang naik tetapi juga permintaan ekspor yang anjlok.
"Kalau kita lihat dari komposisinya tentu ini sesuatu yang perlu kita untuk perhatikan. Sebetulnya signal ini menggambarkan bahwa ekonomi dunia memang mengalami situasi yang tidak mudah," ujar Sri di Kementerian ESDM, Rabu (15/5).
Sri menjelaskan untuk bisa memperbaiki neraca perdagangan di bulan ini dan bulan depan memang perlu ada pengetatan impor. Meski begitu, kata Sri, apabila impor yang dilakukan adalah impor bahan baku, maka akan berpengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi kedepan.
"Kalau melihat dari sisi impor, kalau kita lihat untuk bahan baku dan barang modal juga perlu kita antisipasi terhadap industri yang menggunakan itu. Berarti nanti ini akan mempengaruhi pertumbuhan kita ke depan," ujar Sri.
Namun tak hanya persoalan efek dari perekonomian dunia saja, dari dalam negeri Sri Mulyani memprediksi terjadinya defisit yang cukup dalam pada April ini dikarenakan adanya keputusan investor untuk menunda investasi. Hal tersebut bisa jadi karena adanya Pemilu.
"Saya mesti harus lihat apakah ada volume impor yang melambat terutama pada kuartal I yang kemudian baru direalisasikan pada April. Dan April mengejar sebelum lebaran. Mungkin mereka melakukan kalkulasi nanti sesudah lebaran akan ada libur yang panjang lagi jadi semuanya ditumpukkan di bulan April," ujar Sri Mulyani.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan April 2019 mengalami defisit sebesar 2,5 miliar dolar AS. Defisit tersebut berasal dari defisit neraca dagang migas 1,49 miliar dolar AS maupun non migas 1,0 miliar dolar AS.