EKBIS.CO, JAKARTA – Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan) Sarwo Edhy megatakan, terdapat penurunan populasi petani khususnya petani muda atau milenial. Untuk itu, pihaknya terus mengupayakan program mekanisasi pertanian guna menarik minat generasi milenial untuk bertani.
Dia menjelaskan, menyusutnya minat tenaga kerja pertanian akan berdampak pada produktivitas. Namun, kata dia, dengan mekanisasi yang diterapkan, dia memastikan aspek waktu, tenaga kerja, serta biaya akan lebih efisien dibandingkan dengan tenaga manual.
“Misalnya, pengolahan lahan yang biasanya butuh waktu satu minggu, kalau dengan mekanisasi hanya butuh waktu tiga jam saja,” kata Edhy saat memberikan pemapaparan di Gedung D Kementan, Jakarta, Selasa (21/5).
Berdasarkan catatan Kementan, kinerja mekanisasi jika dibandingkan kinerja manual pada usaha tani padi tercatat perbedaan yang cukup signifikan. Pada kinerja manual, alat pertanian membutuhkan cangkul dengan tenaga kerjanya mencapai 30-40 orang per hari dalam menggarap 240-400 jam per hektare per orang. Dari kinerja tersebut, rata-rata penghasilan seluruh jumlah tenaga kerja yang ada hanya mencapai Rp 2 juta-Rp 2,5 juta per hektare
Sedangkan dibandingkan kinerja mekanisasi, alat pertanian yang dibutuhkan adalah traktor tangan dengan tenaga kerja hanya dua orang dan masa kerja 16 jam per hektare. Dari perhitungan tersebut, penghasilan dua orang petani rata-rata berkisar Rp 900 ribu-Rp 1.200.000 hektare.
Dia berharap, dengan adanya program mekanisasi pertanian dapat menarik minat generasi muda untuk kembali ke kampung halaman dan bertani bersama keluarganya. Menurut dia, jika kalangan milenial mau untuk bertani, produktivitas pertanian dapat meningkat signifikan sebab program mekanisasi akan berjalan efektif.