EKBIS.CO, BATOLA -- Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, program optimalisasi rata-rata lahan rawa saat ini sudah mampu mengejar masa tanam hingga 2-3 kali. Dengan masa tanam tersebut, produktivitas mengalami peningkatan sehingga suplai dan harga terjaga.
Amran menjabarkan, dari total masa tanam tersebut, petani diklaim dapat memproduksi padi sebesar 6 ton gabah per hektare dari sebelumnya hanya 2 ton gabah per hektare. Artinya, kata dia, terjadi peningkatan produksi sebesar 6-10 kali lipat dan mampu meredam gejolak harga.
“Coba lihat, harga pangan nggak ada yang naik kan? Kecuali bawang putih saja kemarin, itu pun karena impor dan sekarang harganya sudah kembali membaik,” kata Amran saat ditemui Republika, di Batola, Kalimantan Selatan, Sabtu (25/5).
Dia menyebut, produktivitas lahan rawa dengan masa tanam 2-3 kali berada di dua provinsi yakni Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan. Dengan fakta tersebut, pihaknya akan menggenjot optimalisasi tanam di lima wilayah di Indonesia yang memiliki potensi produksi. Diketahui, sejak dua tahun lalu Kementerian Pertanian (Kementan) meneliti lahan rawa sebagai salah satu alternatif yang menjanjikan sebagai lahan potensial produksi.
Guna mengoptimalisasi lahan rawa, terdapat tiga cara yang dilaksanakan pemerintah yakni penyesuaian benih unggul berupa infara 2 yang diklaim mampu beradaptasi dengan lahan rawa. Upaya lainnya yang tengah dilakukan, kata dia, adalah pengelolaan jaringan irigasi dan pengolahan minum, yakni tidak menanam lebih dari 30 sentimeter agar tidak mengganggu pirit tanam.
Sejauh ini, Indonesia memiliki 33,4 juta hektare lahan rawa yang belum tergarap secara maksimal pemanfaatannya. Kementan menargetkan, dari 33,4 juta lahan rawa yang dapat dioptimalisasi terdapat 500 ribu hektare lahan rawa yang akan digarap pemerintah tahun ini.
“Awal kita coba hanya 1.000 hektare, tapi sekarang sudah meningkat lah optimalisasinya,” kata Amran.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy mengatakan, optimalisasi lahan rawa secara nasional baru mencapai 30 ribu hektare. Lambannya optimalisasi tersebut, kata Edhy, disebabkan masa tanam yang terlambat. Kendat begitu dia optimistis tahun ini realisasi optimalisasi lahan rawa dapat menyentuh target.
“Dari 500 ribu hektare kan setelah kita identifikasi hanya ada 400 ribu hektare yang bisa digarap. Ini akan kita kerjakan,” kata dia.