EKBIS.CO, JAKARTA -- Bali United, menjadi kelab pertama di Asia Tenggara yang mencatatkan sahamnya di bursa efek. Menurut Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Sulistyono, pencatatan saham perdana oleh Bali United ini berpotensi menjaring investor potensial dari luar negeri.
Eko mengungkapkan secara umum di negara maju, investor bisa sampai lintas negara. Namun, untuk sampai pada tahap ini, iklim kompetisi sepak bola di negara tersebut memang harus baik.
"Beberapa raja minyak punya kelab sepak bola di Eropa," ujar Eko, Senin (17/6).
Eko menilai aksi korporasi yang dilakukan oleh Bali United ini merupakan awal yang baik bagi klub bola untuk mau go public. Dengan demikian, sumber pendanaan pun akan lebih variatif dan memungkinkan untuk meningkat dalam waktu cepat.
Meski demikin, Eko menambahkan, langkah IPO ini harus diikuti dengan perbaikan kinerja dan prestasi tim. Selain itu, industri sepak bola juga harus bisa menciptakan iklim kompetisi yang adil dan profesional. Jika berhasil menciptakan situasi tersebut, menurut Eko, Bali United dapat menjadi contoh bagi klub lainnya.
Untuk itu, lanjut Eko, diperlukan sikap dispilin dalam aspek governance terutama soal keuangan. Sebab, pasar modal menuntut adanya transparansi, sehingga aspek-aspek tata kelola keuangan harus benar-benar diperhatikan agar mendapat kepercayaan investor.
Sementara itu, menurut analis Binaartha Sekuritas, M Nafan Aji Gusta Utama, Nafan mengatakan, IPO akan mendatangkan sejumlah keuntungan bagi klub sepak bola.
Dengan IPO, klub bisa mendapatkan pendanaan untuk mengekpansi bisnisnya. Meski demikian, lanjut dia, dunia sepak bola Tanah Air perlu melakukan perbaikan agar klub bisa melantai di bursa dengan lancar.
"Reformasi di tubuh sepak bola Indonesia memang perlu dilakukan agar bisa menjadi angin positif, sehingga nantinya ada pelaku investor yang tertarik untuk masuk ke dunia sepak bola Tanah Air," ujar Nafan.
Nafan mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir kondisi dunia sepak bola Indonesia sempat memasuki masa-masa kelam. Hal tersebut bisa mempengaruhi minat investor untuk memasuki pasar industri sepak bola.
Dia menambahkan, salah satu perbaikan yang bisa dilakukan yaitu dengan meningkatkan kapabilitas klub. Misal, mendatangkan pemain berkualitas atau pun membangun infrastruktur sepak bola yang lebih modern.
Selain itu, diperlukan juga transparansi
agar para investor percaya bahwa sepak bola nasional sedang berbenah ke arah yang lebib baik. "Pasar sepak bola sangat kuat. Tinggal transparansi harus ditingkatkan lagi," terang Nafan.
Menurut Nafan, sepak bola Indonesia perlu berkaca pada klub yang ada di Jerman terkait upaya mereka menciptakan kondisi keuangan yang sehat. Diharapkan sepak bola Indonesia bisa mengikuti sistem sepak bola modern di Jerman dengan menciptakan bibit muda yang bertalenta.
"Jerman klubnya tidak banyak yang besar, tetapi kondisi laporan keuangan mereka sehat. Mereka tidak punya utang besar untuk beli pemain," kata Nafan.