Rabu 19 Jun 2019 14:40 WIB

Mentan: Harga Live Bird Ayam Ras Harus Sesuai Acuan

Kementan akan menindak pihak yang bermain dalam situasi penurun harga LB.

Red: EH Ismail
Menteri Amran Sulaiman dan Dirjen Peternakan dan Keswan I Ketut Diarmita memimpin rapat satgas pangan di kantor Kementan Jakarta
Foto: Humas Kementan
Menteri Amran Sulaiman dan Dirjen Peternakan dan Keswan I Ketut Diarmita memimpin rapat satgas pangan di kantor Kementan Jakarta

EKBIS.CO,  JAKARTA — Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman bersama stakeholder peternak ayam ras sepakat dalam waktu 7 hari harga ayam hidup/live bird (LB) naik dan stabil sesuai harga acuan Kemendag. Hal ini disampaikan Amran dalam rapat koordinasi perunggasan pada hari Selasa (18/6) di Ruang Rapat Utama I Ditjen PKH.

Acara itu dihadiri oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Perdagangan, Intelkam Mabes Polri, serta para anggota asosiasi GPPU, Gopan, dan PPUN. 

Terkait kondisi harga LB saat ini, Amran meminta Satuan Tugas (Satgas) Pangan untuk dapat menelusuri pemicu rendahnya harga LB di farm gate yang masih jauh di bawah harga acuan, sehingga menimbulkan gejolak di peternak mandiri dan UMKM.

Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 96 Tahun 2018, harga acuan Live Bird adalah Rp 18.000-Rp 20.000/kg,  namun di Jawa Tengah dan Jawa Timur harga LB ada dikisaran Rp. 8000- 10.000, sedangkan harga rataan daging ayam di konsumen mencapai Rp. 35.000-Rp. 40.000.

Amran mengungkapkan untuk menyelesaikan rendahnya harga LB ini, Kementan telah mengundang secara maraton para pelaku perunggasan, pakar, dan unsur pemerintahan terkait untuk membahas situasi dan solusinya. 

“Ada disparitas harga yang sangat tinggi antara harga dari peternak dan harga di tingkat konsumen. Hal ini menandakan ada sesuatu yang salah, sehingga Kami minta Satgas Pangan melacak oknum yang bermain dalam situasi ini, dan kami minta beri sanksi yang seberat-beratnya," jelas Amran.

Kementan akan menindak pihak yang bermain dalam situasi penurun harga LB. Karena telah meresahkan peternak.

Ia kemudian menjelaskan harga ayam LB seharusnya stabil. Produksi perunggasan di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, sebagai contoh produksi daging ayam di Indonesia pada tahun 2018 adalah 3,6 juta ton, dan rata-rata meningkat 3,74% setiap tahunnya.

Adapun konsumsi daging ayam di Indonesia pada tahun 2018 adalah 3,1 juta ton, berarti masih ada surplus/cadangan sebesar 305.127 ton. Ini merupakan peluang untuk bisa ekspor ke Luar Negeri. Saat ini, Kementan telah mengekspor komoditas pertanian termasuk didalam komoditas peternakan seperti daging ayam olahan ke beberapa negara. 

Amran menambahkan berdasarkan Perpres Nomor 45 Tahun 2015 Pasal 3 a dan b fungsi Kementan adalah perumusan, pelaksanaan, dan penetapan kebijakan di bidang penyediaan prasarana dan sarana pertanian, peningkatan produksi padi, jagung, dan kedele, tebu, daging, dan pertanian lainnya, serta peningkatan nilai tambah, daya saing dan mutu, dan pemasaran. 

“Namun terkait situasi rendahnya harga LB ini, Kementan ikut berkontribusi untuk mencari solusi terhadap permasalahan tersebut” tambah Amran. 

Amran berharap situasi perunggasan saat ini bisa secepatnya diselesaikan, Kementan kembali akan mengundang rapat koordinasi terkait unggas dengan menambahkan unsur KPK, Kejaksaan, Kepolisian, dan KPPU, sehingga dapat menemukan faktor penyebab rendahnya harga LB di tingkat peternak agar dapat ditindak secara tegas sesuai hukum yang berlaku.

"Kementan telah berhasil memberantas mafia beras, jagung, dan bawang, kedepan mafia ayam juga kita sikat dan berantas", tegas Amran.

Sementara itu pewakilan peternak ayam, Alvino manyambut baik dan mendukung rencana Menteri Pertanian untuk memberantas mafia ayam ini. "Kami berharap Menteri pertanian memberikan perlindungan agar peternak rakyat (mandiri dan UMKM) mendapat tempat yang luas dalam budidaya ayam ras," tuturnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement