EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor Indonesia pada Mei mencapai 14,74 miliar dolar AS atau meningkat 12,42 persen dibanding dengan bulan sebelumnya, yakni 13,11 miliar dolar AS. Tapi, jika dibandingkan Mei 2018, terjadi penurunan nilai ekspor 8,99 persen.
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, pertumbuhan ekspor secara bulanan dari April ke Mei terjadi karena ada pertumbuhan ekspor, baik migas maupun non migas. "Sementara migas meningkat 50,19 persen, non migas naik 10,16 persen," ujarnya dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (24/6).
Peningkatan ekspor migas disebabkan meningkatnya ekspor gas 99,40 persen menjadi 890,5 juta dolar AS. Sementara ekspor hasil minyak turun 52,57 persen menjadi 55,8 juta dolar AS dan ekspor minyak mentah turun 5,48 persen menjadi 167,9 juta dolar AS.
Sementara itu, Suhariyanto menambahkan, peningkatan pada ekspor non migas terjadi karena pertumbuhan komoditas lemak dan minyak hewan nabati, perhiasan permata serta bahan bakar mineral. Masing-masing pertumbuhannya adalah 14,97 persen, 45,33 persen dan 5,81 persen.
Tidak hanya nilai, ekspor Indonesia dari sisi volume juga mengalami peningkatan 9,04 persen dibandingkan April. Ini disebabkan peningkatan volume ekspor non migas 7,31 persen dan migas 66,53 persen.
Sementara itu, secara year on year (yoy), volume ekspor Mei 2019 meningkat 10,90 persen dengan nonmigas naik 13,46 persen dan migas turun 25,13 persen.
Dilihat dari sektor, ekspor pertanian pada Mei 2019 yang menyentuh angka 308 juta dolar AS mengalami kenaikan secara bulanan ataupun tahunan. Apabila dibandingkan April 2019, pertumbuhannya 25,19 persen, sementara jika dibandingkan Mei tahun lalu mencapai 2,58 persen. "Ini memberikan arah positif," tutur Suhariyanto.
Kondisi ini agak berbeda situasinya dengan ekspor dari industri pengolahan yang totalnya adalah 11,74 miliar dolar AS. Kalau dibanding dengan bulan sebelumnya, nilai tersebut mengalami peningkatan 12,40 persen. Suhariyanto menyebutkan, beberapa komoditas yang mengalami peningkatan adalah minyak kelapa sawit, pakaian jadi dan tekstil serta besi dan baja.
Tapi, jika dibanding dengan Mei 2018, nilai 11,74 miliar dolar AS mengalami penurunan atau tumbuh negatif 4,99 persen. Kondisi ini menjadi salah satu dampak dari situasi ekonomi global yang masih serba tidak pasti. "Kondisi eskternal masih menjadi tantangan kita," ujar Suhariyanto.
Terakhir, sektor pertambangan yang nilai ekspornya pada Mei mencapai 2,5 miliar dolar AS mengalami pertumbuhan negatif baik secara bulanan ataupun tahunan. Sementara secara bulanan turun 1,76 persen, secara tahunan turun 14,33 persen. Suhariyanto menjelaskan, ini sangat dipengaruhi penurunan harga komoditas di pasar global, termasuk batu bara.