EKBIS.CO, SOLO -- Sebanyak 8.000 ekor ayam hidup dibagikan kepada warga kurang mampu di Kota Solo, Rabu (26/6). Pembagian dilakukan secara serentak di lima kantor kecamatan di Solo.
Ratusan warga terlihat berkumpul di pendopo Kantor Kecamatan Jebres sejak pukul 09.00 WIB. Mereka masing-masing memegang kupon untuk ditukarkan dengan ayam hidup.
Rencananya, 1.500 ekor ayam hidup dibagikan untuk warga di Kecamatan Jebres. Di empat kecamatan lainnya, dibagikan masing-masing 1.500 ekor di Kecamatan Laweyan, dan Pasar Kliwon, serta 2.000 ekor untuk Kecamatan Banjarsari.
Ribuan ayam tersebut dibagikan oleh Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Jawa Tengah. Totalnya, sebanyak 30 ribu ekor ayam dibagikan di Jawa Tengah dan DIY pada hari yang sama. Pembagian dilakukan dengan sistem kupon untuk mengantisipasi agar warga tidak berdesak-desakan.
Ketua Pinsar Jawa Tengah, Parjuni, pembagian ayam hidup kepada warga yang membutuhkan dilakukan karena harga ayam di tingkat peternak turun drastis dalam enam bulan terakhir. Alhasil, sudah enam bulan para peternak ayam potong merugi.
"Ruginya kami memang sudah sangat lama dan menurut kami ini sudah di luar dari kondisi normal. Dan kami berharap dengan kejadian ini ada pengurangan pasokan bibit," terangnya kepada wartawan di acara tersebut.
Menurutnya, ujung dari permasalahan rendahnya harga ayam potong di tingkat peternak karena bibit ayam potong (day old chicken/DOC). Bibit ayam mengalami suplai berlebih dari kebutuhan pasar. Kelebihan suplai dari sisi bibit sekitar 15-20 persen. Tetapi setelah menjadi ayam hidup, kelebihan suplai bisa sampai 30-40 persen.
Sedangkan masyarakat di tingkat bawah tidak mengetahui penyebab harga ayam murah atau harganya mahal. Sebab, di tingkat pasar harganya stabil di kisaran Rp 28 ribu sampai Rp 32 ribu per kilogram.
"Tapi di peternak sebagai produsen ayam itu menjualnya hanya Rp 9.000 hari ini padahal dengan harga pokok penjualan (HPP) yang kami pelihara itu senilai Rp 18 ribu sampai Rp 18.500. Jadi jauh dari harapan kami sebagai peternak," ungkapnya.
Dia menambahkan, permintaan ayam di Jawa tengah rata-rata hanya sekitar 1,2 juta sampai 1,3 juta ekor ayam per hari. Sekarang kondisinya sudah 1,5 juta sampai 1,7 juta ekor per hari. Sehingga, suplainya sudah kelebihan 30 persen. Akibatnya, selama enam bulan terakhir harga ayam rata-rata untuk Jawa Tengah sekitar Rp 4.000 per ekor. Padahal, biaya operasional peternakan ayam potong masih tinggi.
Menurut Parjuni, solusi dari kondisi harus pangkas. Awal pekan ini, Pinsar Solo Raya sudah melakukan rapat yang dihadiri Dirjen Kementan dan Dirjen Kemendag dan sudah disepakati ada pemangkasan bibit sebanyak 30 persen. Namun, sampai saat ini pemangkasan belum berlaku. "Kami akan mengajukan lagi surat permohonan ada pemangkasan karena ini sudah kesepakatan," imbuhnya.
Kepala Dinas Perdagangan Kota Solo, Heru Sunardi, mengatakan, warga yang mendapatkan kupon pembagian ayam hidup di Kecamatan Jebres berasal dari 11 kelurahan. Dia berterima kasih kepada Pinsar dengan kegiatan tersebut.
"Yang lebih penting, setelah pembagian ayam ini nanti para peternak unggas sudah bisa untung. Para pengusaha bisa mendapat untung dan ayam yang dijual terjangkau masyarakat," kata Heru.
Menurut Heru, kegiatan tersebut juga bagian dari misi Pemkot Solo untuk membuat warganga wareg (kenyang) dan waras (sehat). Sebab, dengan konsumsi daging akan meningkatkan gizi dan menjadikan sehat, selain menjadikan kenyang. "Manfaatkan ayam yang sudah dibagikan untuk keluarga, jangan dijual," tegas Heru.
Seorang warga, Suyamto (51), mengaku datang karena mendapatkan pemberitahuan dan kupon dari petugas kelurahan. Dia menyadari harga ayam di pasar lebih rendah dibandingkan biasanya.
"Pekan lalu saya beli dua kilo Rp 54 ribu," ujar warga Kelurahan Mojosongo tersebut.