Jumat 28 Jun 2019 14:40 WIB

Kementan Klaim Populasi Sapi Potong Meningkat

Dari 17 juta sapi potong nasional, 6 juta ton merupakan produksi di Jatim.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Friska Yolanda
Pekerja menaikkan sapi ke atas truk untuk dikirim ke Tasikmalaya, di Pasar Kepo, Pamekasan, Jatim, Selasa (1/9).
Foto: ANTARA FOTO/Saiful Bahri
Pekerja menaikkan sapi ke atas truk untuk dikirim ke Tasikmalaya, di Pasar Kepo, Pamekasan, Jatim, Selasa (1/9).

EKBIS.CO,  PASURUAN -- Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman memastikan jumlah polupasi sapi potong Indonesia mengalami peningkatan signifikan setiap tahun. Adapun populasi sapi terbesar berada di wilayah Jawa Timur. 

Berdasarkan catatan Kementerian Pertanian (Kementan), dari 17,2 juta ton sapi potong nasional, terdapat 4,6 juta ekor di antaranya merupakan produksi di Jawa Timur. Amran menyebut, penambahan populasi sapi mencapai satu juta setiap tahun. 

Baca Juga

"Tentu kita bisa bandingkan dengan populasi di tahun sebelumnya, karena dalam 4 tahun ini angkanya meningkat 500 persen per tahun," kata Amran dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Jumat (28/6). 

Ke depannya dia mengajak masyarakat untuk ikut serta berpartisipasi agar populasi sapi lebih banyak lagi. Dia mengatakan, peningkatan populasi sapi terjadi sejak empat setengah tahun lalu, di mana pihaknya sudah menerapkan program Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwab). Program yang dirancang untuk menambah daya produksi sapi itu ditujukan guna mewujudkan swasembada daging.

Adapun pogram Upsus Siwab antara lain meliputi pemberian inseminasi buatan (IB) dan semen khusus secara gratis setiap tahun. "Alhamdulillah sudah ada hasil yang baik dengan mengembangkan sapi unggulan seperti belgian blue, brahman dan ongole," kata Amran. 

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementan Fadjri Jufri mengatakan, pengembangan yang dilakukan selama ini mampu menghasilkan sapi dengan bobot dan kualitas daging yang cukup bagus. Lebih dari itu, seluruh akselerasi dilakukan menggunakan teknologi.

"Sapi ini memiliki badan yang besar dan berat yang baik. Bahkan kualitasnya melebihi sapi pada umumnya. Ini tentu tidak terlepas dari teknologi pemilihan pakan di laboratorium dan dukungan peneliti yang kompeten," kata Fadjri. 

Fadjri berharap, ke depan penelitian di Lolitsapi akan menjadi harapan baru dalam menghasilkan bibit unggul lokal. Bukan hanya itu, dia mendorong Lolitsapi harus mampu menjadikan pusat pakan berkualitas untuk memenuhi kebutuhan peternak di seluruh Indonesia. Pihaknya juga akan menjadikan lokasi tersebut sebagai penghasil bibit unggul. Selain, kata dia, kegiatan pembinaan dan menjadikan beberapa lokasi sebagai sentra pakan dan unggas akan terus dilakukan. 

"Dengan begitu harapannya, kita tidak perlu lagi bergantung pada impor," katanya.

Menurut Fadjri, hasil penelitian pakan yang dilakukan beberapa ahli antara lain berhasil meracik kulit kopi sebagai bahan campuran pakan lokal. Selain itu terdapat pengembangan rumpi jagung, bungkil inti sawit, tepung gaplek, dedek padi dan konsentrat.

"Ini komposisinya sudah seimbang antara serat, mineral, dan protein. Tentu kita juga sudah membuat komposisi tersebut berdasarkan temuan dan pengembangan," tukasnya.

Sebagai informasi, Lolitsapi merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang bertugas untuk menghasilkan inovasi bibit unggul sapi potong. Saat ini Lolitsapi memiliki populasi sapi sebanyak 1000 ekor yang terdiri atas 550 sapi Peranakan Ongole (PO), 250 ekor sapi Madura,  dan 200 ekor sapi Bali.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement