EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Pertanian menyatakan, hingga saat ini sebanyak 2.103.709 ekor sapi telah mendapatkan suntik inseminasi buatan (IB). Program tersebut merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menggenjot reproduksi sapi dalam negeri.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan I Ketut Diarmita mengatakan, disuntiknya 2,1 juta ekor sapi tersebut berarti telah mencapai 70,12 persen dari target 3 juta ekor. Adapun capaian kebuntingan sapi nasional hingga saat ini sebanyak 977.994 ekor atau sekitar 46,57 persen dari target sapi bunting 2,1 juta ekor.
Sementara itu, Ketut mengklaim, angka kelahiran sapi hingga Juni ini sebanyak 897.860 ekor atau 53,44 persen dari keseluruhan target kelahiran 2019. "Pemerintah optimistis swasembada sapi tahun 2026 akan terwujud," kata Ketut kepada Republika.co.id, Sabtu (29/6).
Inseminasi buatan merupakan bagian dari program Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwab) sejak tahun 2017 lalu. Ketut mengaku, Upsus Siwab kurun waktu dua tahun terakhir (2017-2018) telah menghabiskan anggaran sebesar Rp 1,411 triliun dan menghasilkan 2.743.902 ekor sapi yang lahir.
Pada tahun 2018 lalu, Ketut menyampaikan, capaian suntik IB dalam Upsus Siwab mencapai 132,92 persen dari target atau sebanyak 3.987.661 ekor dari target 3 juta ekor.
Dari proses tersebut, diperoleh capaian kebuntingan sapi sebanyak 2.051.108 ekor atau 97,67 persen dari target 2,1 juta ekor. Sementara itu, angka kelahiran sapi pada 2018 tercatat sebanyak 1.832.767 ekor atau 109,09 dari target.
Ketut mengatakan, selain melakukan upaya suntik IB, pihaknya terus melakukan kegiatan transfer embrio untuk lebih menggenjot reproduksi ternak sapi dalam negeri. "Melalui kegiatan transfer embrio, selain untuk peningkatan mutu genetik juga untuk memperkaya genetik ternak yang telah ada, seperti upaya memproduksi sapi bibit unggul melalui persilangan jenis Belgian Blue dengan beberapa jenis sapi di Indonesia" katanya menjelaskan.
Ketut mengatakan, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu produsen sapi potong yang memasok kebutuhan daging sapi di Jabodetabek. Saat ini NTT merupakan salah satu daerah yang terus didorong untuk meningkatkan penggunan teknologi IB, mengingat ketergantungan kelahiran anak hasil kawin alam masih sangat tinggi.
Sebab, hampir sebagian besar sistem pemeliharaan ternak sapi dan kerbau di NTT dengan cara dilepaskan (pola ekstensif). "Hal ini patut menjadi perhatian bersama, karena dengan sistem kawin alam yang tidak terprogram akan terjadi kawin sedarah, sehingga terjadi penurunan mutu genetik. Ini dapat terlihat dari penampilan sapi-sapi yang lebih kecil" lanjutnya.
Ketut menjelaskan, lewat penyutikan IB, penyebaran bibit unggul ternak sapi dapat dilakukan dengan murah, mudah, dan cepat. Selain itu, diyakini mampu meningkatkan pendapatan para peternak.
Menurut Ketut dengan adanya Upsus Siwab, telah terjadi peningkatan secara signifikan terhadap total raihan IB di NTT dan wilayah Indonesia Timur lainnya yang sebagian besar merupakan wilayah introduksi.
"Kementan akan siapkan semen Belgian Blue untuk diinseminasikan (IB) pada 10 ekor sapi untuk menambah semangat kawan-kawan peternak di Kupang untuk lebih maju dan lebih baik," katanya menjanjikan.