EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kenaikan harga emas dan perhiasan menyumbang 0,02 persen terhadap inflasi Juni 2019. Komoditas ini masuk dalam kelompok sandang yang memiliki tingkat inflasi bulan lalu mencapai 0,81 persen, sehingga memberikan andil 0,05 persen terhadap inflasi Juni 2019.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, dari total 82 kota yang dipantau, harga emas dan perhiasan mengalami peningkatan di 76 kota. Serang menjadi daerah dengan kenaikan harga emas tertinggi, yakni hingga enam persen. "Sedangkan, di Tarakan dan Ternate, kenaikannya lima persen," tuturnya dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (1/7).
Suhariyanto mengatakan, tren kenaikan harga emas dan perhiasan didukung penuh oleh kondisi global. Mengutip dari Revinitiv, pada pekan ketiga Juni, harga emas sempat menguat 4,22 persen ke level 1.298,65 dolar AS per troy ons di pasar spot, mengutip data dari Refinitiv.
Salah satu dorongan penguatan emas tersebut datang dari peluang bank sentral AS The Fed untuk menurunkan suku bunga. Mata uang dolar AS langsung turun, sedangkan harga emas menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga permintaan emas mengalami peningkatan.
Di sisi lain, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar memiliki tingkat inflasi 0,17 persen pada Juni 2019 dan menyumbangkan 0,04 persen terhadap inflasi. Komoditas yang menyumbang inflasi terbesar adalah kenaikan upah asisten rumah tangga 0,01 persen. "Komoditas lain naik tipis, tapi kalau dijumlah memberikan andil 0,04 persen," ujar Suhariyanto.
Andil tipis dialami oleh kelompok kesehatan serta pendidikan, rekreasi dan olahraga dengan masing-masing kontribusi adalah 0,01 persen dan 0,00 persen. Menurut Suhariyanto, andil pendidikan baru akan terasa pada Juli, ketika anak-anak mulai masuk sekolah pada pertengahan bulan.
Di sisi lain, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami deflasi 0,14 persen dengan sumbangan -0,03 persen terhadap inflasi Juni. Penyebabnya, kenaikan tarif angkutan udara yang sudah mengalami penurunan melalui tarif batas atas 12 sampai 16 persen mulai pertengahan Mei.
Dari 82 kota yang dipantau BPS, sebanyak 32 kota di antaranya mengalami penurunan harga tiket. Penurunan tertinggi terjadi di Makassar, hingga 12 persen, sementara Batam mengalami penurunan 11 persen. "Nilai itu turun dibandingkan bulan Mei, bukan Juni tahun lalu," tutur Suhariyanto.
Sebaliknya, tarif angkutan antar kota justru memberikan andil inflasi terhadap kelompok transportasi, yaitu 0,01 persen. Hal ini seiring dengan tingkat permintaan yang tinggi saat mudik Lebaran, sehingga harganya naik. Madiun menjadi daerah dengan kenaikan tertinggi, yaitu 30 persen dibanding dengan bulan sebelumnya.