EKBIS.CO, JAKARTA -- "Dulu kami menangis, tapi berkat Program PKU Kementan, sekarang kami sudah bisa tersenyum," ujar Rauf Ketua Kelompok tani Horsepan ketika ditemui seusai pertemuan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) bersama Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Andriko Noto Susanto, di desa Pendua, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (3/7).
Setelah gempa beberapa waktu lalu, banyak petani tidak mengetahui harus berbuat apa. Ibu-ibu yang biasa berbelanja ke pasar, selama tiga hari hanya di rumah, karena tidak ada yang berjualan. Kini mereka sudah bisa berbelanja, bahkan menghasilkan uang dengan membuat pangan olahan.
Kehadiran Tim Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian (Kementan) yang dipimpin Andriko sangat bermakna bagi gapoktan. Karena tidak hanya memantau kegiatan Pengembangan Korporasi Usahatani (PKU). Tetapi juga memberi semangat dan motivasi untuk bangkit menatap masa depan yang lebih baik lagi.
Hasil olahan Bawang Crispy dan Manisan Tomat.
"Kementan hadir dengan program PKU untuk meningkatkan pendapatan, sehingga nantinya tidak ada lagi masyarakat yang rentan rawan pangan. Mari kita kerjakan dan sukseskan program ini," ajak Andriko memberi semangat.
Program PKU selain untuk meningkatkan status kerentanan rawan pangan menjadi tahan pangan, juga untuk mengentaskan kemiskinan masyarakat.
Kalau program PKU dikelola dengan baik, pihaknya meyakini dalam 3 tahun ke depan kesejahteraan petani dan masyarakat semakin meningkat. Karena itu pihaknya menitipkan program PKU kepada Dinas Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten agar mengawal dan mengembangkan dengan sebaik-baiknya.
Gapoktan Serumpun terdiri dari 5 Kelompok tani, yang mengembangkan tanaman Bawang Merah, Tomat dan Cabe pada areal 14,8 hektar. Hasil budidaya tidak hanya dijual dalam bentuk segar, tapi sudah diolah menjadi bahan olahan. Tomat sudah diolah menjadi manisan tomat rasa kurma (Torakur), yang dijual dengan harga Rp 3.000/kemasan isi 4.
Lahan pertanaman bawang merah.
Sedangkan bawang merah sudah dibuat dalam bentuk krispi yang dikemas dalam botol yang dijual dengan harga Rp 10.000/20 gram. "Melalui Korporasi Usaha tani, kami akan bekerja lebih keras lagi. Dan kami optimis akan mampu meningkatkan kesejahteraan anggota kami," ujar Zaenudin Ketua Kelompok tani.
Pada akhir kunjungannya Andriko berpesan, agar kedepannya usaha yang dikembangkan gapoktan ini harus ada peningkatannya.
"Karena usaha yang dikembangkan dalam bentuk Korporasi, saya minta, kalau saya kesini lagi, sudah ada peningkatan baik skala usaha, pengolahan, maupun pemasarannya," pungkas Andriko.