EKBIS.CO, JAKARTA -- Meski di sejumlah daerah harga cabai melonjak tinggi akibat minimnya produksi dan bencana kemarau, Kementerian Pertanian (Kementan) mengklaim suplai cabai akan berlangsung normal seiring masuknya masa panen besar di akhir Juli ini. Untuk itu pemerintah memastikan tak akan membuka keran impor.
Direktur Jenderal Tanaman Hortikultura Kementan Suwandi mengatakan, produksi cabai saat ini di sejumlah wilayah memang cenderung belum maksimal. Mengingat, kata dia, masa panen cabai di sejumlah sentra produksi belum memasuki masa panen besar sehingga suplai di sejumlah pasar belum optimal. Adapun beberapa wilayah sentra cabai yang diproyeksi bakal memasuki masa panen besar antara lain Cianjur, Garut, Bandung, Sumedang, Sleman, Kulon Progo, Kediri, dan Blitar.
“Yang namanya tanaman, kan di awal-awal itu belum bisa berbuah banyak. Makanya ini kita bisa pastikan, panen besarnya di akhir Juli ini,” kata Suwandi saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (7/7).
Suwandi menjelaskan, meski terdapat bencana kekeringan di sejumlah wilayah, hal tersebut dipastikan tidak akan berimbas terhadap tanaman cabai. Sebab, kata dia, tanaman cabai memiliki karakteristik unik yang tahan terhadap musim kering. Terlebih pihaknya mengklaim, pemerintah sudah mengoptimalisasi jaringan irigasi yang sesuai dengan pergerakan produksi tanaman.
Dia menjamin, pasokan cabai serta harganya di tingkat petani dan pasar akan berangsur normal. Sehingga, pihaknya belum merencanakan untuk membuka keran impor cabai. Lebih lanjut Suwandi menjelaskan, saat ini harga cabai di tingkat petani sudah berangsur normal melebihi dari ekspektasi harapan di beberapa waktu terakhir ini, yakni di bawah Rp 10 ribu per kilogram (kg).
Sebelumnya diketahui, ketika harga cabai petani anjlok drastis hingga berkisar Rp 2.500-Rp 4.000 per kg, Kementan menginstruksikan harga beli cabai petani bagi distributor tak boleh di bawah Rp 8.000 per kg. Sedangkan berdasarkan pengakuan dari Asosiasi Petani Hortikultura, biaya produksi cabai berkisar Rp 10 ribu-Rp 11 ribu per kg.
Di sisi lain, harga cabai di pasaran saat ini mulai menunjukkan tren kenaikan yang cukup signifikan. Di Jakarta misalnya, berdasarkan catatan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga cabai di sejumlah pasar berada di kisaran harga Rp 65 ribu-Rp 70.200 per kg. Terkait kenaikan tersebut, Suwandi memaklumi kondisi yang ada.
Hal itu, menurutnya, disebabkan adanya keinganan petani dalam memanfaatkan momentum pengambilan untung menjelang masa panen besar. “Ya wajarlah, petani mau ambil untung sedikit-sedikit. Saya dengar kegembiraan mereka (petani), dengan harga beli cabai saat ini mereka bisa umrah harapannya,” kata Suwandi.
Kendati demikian pihaknya memastikan, pemerintah juga tengah berupaya menstabilisasi harga cabai di pasar. Salah satunya dengan menggelar Operasi Pasar (OP) di sejumlah pasar di Jakarta. Menurut dia, baru-baru ini Kementan telah mendatangkan sekitar 5 ton dua jenis cabai untuk disalurkan ke dalam program OP di Jakarta.
“Kita tunggu, mungkin OP-nya besok baru mulai,” kata Suwandi.
Berdasarkan catatan Kementan, kebutuhan cabai rata-rata nasional berada di kisaran 90 ribu-110 ribu ton per jenis cabai per bulan. Sedangkan tingkat produksi tercatat berada di level 135 ribu ton per jenis cabai per bulan. Adapun jenis cabai yang diproduksi terbagi menjadi tiga jenis, yakni cabai rawit, cabai merah, dan cabai keriting.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri (Kemendag) Tjahya Widayanti mengatakan, pihaknya belum mengetahui lebih jauh apakah terdapat dampak yang signifikan atau tidak dari kemarau. Hanya saja, menurut dia, saat ini stabilitas harga bahan pokok di pasar relatif aman meski terdapat sejumlah komoditas yang harganya mulai menunjukkan pergerakan ke level tinggi.
“Informasinya ya itu cabai sudah tinggi, yang lainnya aman-aman saja suplainya. Harga juga masih oke,” kata Tjahya.