Sebelum mengudara tinggi seperti saat ini, AirAsia ternyata pernah hampir tersungkur. Namun, berkat jerih payah seorang Tony Fernandes yang tak lain adalah Kepala Eksekutif maskapai penerbangan berwarna merah tersebut, AirAsia bisa kembali terbang tinggi.
Tony menceritakan AirAsia adalah bentuk terwujudnya mimpi seorang anak kecil yang ingin memiliki pesawat terbang dengan tiket terjangkau. Anak kecil yang ia maksudkan tak lain adalah dirinya sendiri.
Baca Juga: Bos AirAsia: Saya Bahagia Jika Bergabung dalam Lion Group
Ia menceritakan kisah hidupnya dalam buku berjudul Flying High. Mulai dari ketidaktahuan dirinya terhadap bisnis maskapai 16 tahun silam hingga mampu berjaya seperti saat ini.
Tony memulai kariernya menjadi seorang akuntan. Impiannya untuk mendirikan maskapai penerbangan banyak mendapat cemooh. Pria kelahiran Malaysia ini juga pernah berkecimpung di dunia musik dan memiliki klub sepak bola Inggris, Queens Park Rangers.
Dalam bukunya juga disebutkan bahwa saat itu AirAsia nyaris bangkrut dengan defisit US$1 juta. Saat ini perusahaan sudah menjadi industri besar di Asia, padahal dulunya hanya memiliki sedikit rute dan tidak menjanjikan masa depan cerah.
Baca Juga: 11 Tahun Jadi Maskapai LCC Terbaik di Dunia, Begini Geliat Saham AirAsia
Ia juga mengungkapkan tertarik dengan bisnis digital, namun tidak memaparkannya secara detail. Tony merupakan orang yang memiliki motivasi, "Kalau gagal, aku akan mencoba terus hingga berhasil karena aku pantang menyerah," tulisnya dalam buku otobiografinya.
AirAsia sendiri telah beroperasi di sejumlah negara, seperti Indonesia, Arab Saudi, Jepang, Malaysia, Thailand, Singapura dan Vietnam. Awalnya, perusahaan ini merupakan milik pemerintah Malaysia dan kemudian dibeli oleh Tony pada 2001. Di Indonesia sendiri AirAsia melayani 26 rute dengan 52 penerbangan.