EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, beras menjadi komoditas pertama dari 10 komoditas makanan yang memiliki pengaruh besar terhadap garis kemiskinan di perdesaan dan perkotaan. Berdasarkan data BPS, beras berkontribusi sebesar 25,97 persen terhadap kemiskinan di perdesaan dan 20,59 persen di perkotaan.
Selain beras, komoditas yang berpengaruh terhadap garis kemiskinan penduduk Indonesia yakni rokok kretek, telur ayam ras, daging ayam ras, mie instan, gula pasir, kopu bubuk, kue basah, tempe dan tahu.
Adapun untuk tingkat garis kemiskinan di Indonesia, Kepala BPS, Suhariyanto menjelaskan terdapat kenaikan pada bulan Maret 2019. Garis kemiskinan tercatat naik sebesar 3,55 persen dari Rp 410.670 per kapita per bulan menjadi Rp 425.250 per kapita per bulan.
"Peran komoditas makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan. Makanan berkontribusi 73,66 persen sedangkan bukan makanan 26,34 persen," kata Suhariyanto dalam Konferensi Pers di Jakarta, Kamis (15/7).
Sementara itu dari segi komoditas bukan makanan, BPS menyatakan bahwa perumahan menjadi komoditas yang paling berkontribusi terhadap kemiskinan. Mengutip data BPS, perumahan berkontribusi terhadap kemiskinan sebesar 7,26 persen di perdesaan dan 8,16 persen di perkotaan.
Selain perumahan, terdapat pula komoditas bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi menjadi lima komoditas di luar makanan yang berkontribusi terhadap kemiskinan.
Sebagaimana diketahui, BPS melaporkan jumlah penduduk miskin Indonesia sampai dengan bulan Maret 2019 sebanyak 25,14 juta jiwa atau 9,41 persen dari total 260 juta penduduk Indonesia. Jumlah itu tercatat mengalami penurunan 0,41 persen dibanding posisi jumlah penduduk miskin pada September tahun lalu.
Suhariyanto menjelaskan, tingkat kemiskinan saat ini memang sudah berada dalam rentang satu digit. Artinya, masyarakat Indonesia yang kini hidup dalam garis kemiskinan merupakan kelompok yang benar-benar berada pada posisi paling bawah.
Oleh karena itu, Suhariyanto mengatakan, diperlukan strategi khusus untuk bisa menarik kelompok tersebut agar terbebas dari jeratan kemiskinan. "Menurunkan tingkat kemiskinan ketika jumlahnya sudah satu digit akan sangat lama, karena mereka adalah masyarakat yang betul-betul miskin," kata Suhariyanto.
Suhariyanto mengatakan, jika 25,14 juta itu hanya disentuh dengan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) serta bantuan pendidikan dan kesehatan, hal itu belum menjamin kelompok tersebut keluar dari garis kemiskinan. Menurut BPS, mereka perlu diberikan modal oleh pemerintah agar bisa hidup secara mandiri dan bisa memperbaiki hidup.