EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk mencatatkan pertumbuhan kredit di level 18,78 persen secara tahunan (yoy) dari Rp 211,35 triliun pada Juni 2018 menjadi Rp 251,04 triliun. Direktur BTN, Maryono menyampaikan pertumbuhan penyaluran kredit Bank BTN masih ditopang segmen kredit perumahan.
Lini bisnis tersebut mencatatkan kenaikan di posisi 19,72 persen yoy menjadi Rp 173,61 triliun. Segmen kredit perumahan tersebut ditopang melesatnya penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi menjadi senilai Rp 90,75 triliun pada Juni 2019 atau naik 27,55 persen yoy. KPR nonsubsidi Bank BTN tercatat tumbuh sebesar 13,08 persen yoy menjadi Rp 74,39 triliun per Juni 2019.
Rekam jejak kinerja KPR tersebut membuat Bank BTN tetap menjadi pemimpin pasar dengan pangsa KPR sebesar 39,56 persen per Maret 2019. Di lini KPR Subsidi, perseroan juga mendominasi kue pasar sebesar 92,43 persen per Maret 2019.
Di lini bisnis komersial, Bank BTN mencatatkan peningkatan kredit sebesar 17,7 persen yoy dari Rp 38,03 triliun menjadi Rp 44,77 triliun per Juni 2019. Peningkatan ini disumbang kenaikan kredit investasi yang melesat sebesar 88,99 persen yoy menjadi Rp 7,28 triliun pada semester I 2019.
Keseluruhan laju kenaikan kredit bank spesialis kredit perumahan ini menyumbang pendapatan bunga perseroan naik di level 19,81 persen yoy dari Rp 10,66 triliun pada semester I 2019 menjadi Rp 12,78 triliun. Dengan perolehan tersebut, pendapatan bunga bersih Bank BTN per semester I 2019 menjadi senilai Rp 4,71 triliun.
"Pendapatan bunga bersih ini menyumbang perolehan laba bersih senilai Rp 1,3 triliun, nilai laba bersih tersebut sudah mencapai 50 persen dari target pada akhir 2019 senilai Rp 2,6 triliun," kata dia dalam paparan kinerja BTN Semester I 2019 di Menara BTN, Jakarta, Jumat (26/7).
Maryono menambahkan kinerja penyaluran kredit Bank BTN meningkatkan posisi aset menjadi Rp 312,47 triliun atau naik 16,58 persen yoy dari Rp 268,04 triliun pada semester I 2018. Sementara itu, per Juni 2019, BTN telah menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK) senilai Rp 234,89 triliun atau naik 15,89 persen yoy.
"Kita memang memantau ada pengetatan likuiditas, namun kita harap dengan penurunan suku bunga 0,25 persen maka akan memberi lebih ruang," kata dia.
Menurut Maryono, dengan adanya penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia maka akan mendorong penurunan biaya dana yang sempat tinggi pada semester I karena pengetatan likuiditas. BTN akan bertumpu pada pertumbuhan bisnis dari pendapatan bunga, fee based income, dan DPK.
"Sehingga NIM akan bisa meningkat di akhir Desember 2019 jadi empat persen dan laba bisa tumbuh jadi Rp 2,6 triliun," kata dia.
Selain itu, Plt Direktur Keuangan BTN Nixon Napitupulu menambahkan BTN juga fokus pada perbaikan Non Performing Loan (NPL) untuk menggerek laba. Ia memasang sejumlah strategi agar NPL turun menjadi 2,34 persen di akhir 2019.