EKBIS.CO, JAKARTA -- Produsen bahan baku viscose atau serat rayon, PT Asia Pacific Rayon (APR), membidik industri busana Muslim untuk memperluas penetrasi pasar. Perusahaan melihat pangsa pasar industri busana Muslim di Indonesia sangat besar dan potensial.
"Spending belanja untuk busana Muslim itu besar di Indonesia. Pada 2017 saja, nilainya sampai Rp 300 triliun," ujar Direktur Eksekutif APR, Basrie Kamba saat berkunjung ke kantor Republika, Kamis (1/8).
Basrie mengatakan, hampir semua busana Muslim terbuat dari serat rayon. Seiring meningkatnya permintaan terhadap busana Muslim, Basrie yakin permintaan terhadap serat rayon pun akan semakin tumbuh.
Selain Indonesia, Basrie melihat kebutuhan akan busana Muslim juga bayak dari negera lain seperti di negara-negara Timur Tengah. Tidak hanya busana Muslim, serat rayon mayoritas dipakai untuk pakaian dalam dan pakaian pantai karena bahannya yang dingin.
Bahan ini pun lebih mudah diaplikasikan karena bisa dipadukan dengan bahan lainnya seperti linen, katun hingga polyester. "Bisa dibuat untuk jas, batik bahkan jins dan dipadukan dengan apa saja," terang Basrie.
Menurut Basrie, permintaan serat rayon di dalam negeri sekarang sebanyak 350 ribu ton per tahun. Sedangkan permintaan dari luar negeri berkisar 6-7 persen dari total bahan baku yang dibutuhkan.
APR saat ini memiliki satu pabrik yang berlokasi di Riau. Dengan investasi Rp 10,9 triliun, pabrik tersebut memiliki kapasitas produksi 240 ribu ton per tahun. Dari total produksi itu, sekitar 50 persennya digunakan oleh pasar domestik dan sisanya untuk di ekspor.
Basrie mengungkapkan, sejumlah negara yang telah membeli produk APR Indonesia saat ini adalah Turki, Bangladesh, Vietnam, Srilanka dan Pakistan. Sedangkan di dalam negeri hampir semua yang menggunakan serat rayon sudah mulai membelinya dari APR. Perusahaam saat ini juga sedang mengupayakan sertifikasi halal untuk produknya.
Bagi pasar domestik, menurut Basrie, pemanfaatan serat rayon dari produksi lokal akan lebih menguntungkan. Dari sisi harga, serat rayon lebih murah dibandingkan polyester dan katun. Selain itu, ketersediaan bahan pun terjamin karena semua proses produksi ada di Indonesia.
"Kalau pesan dari luar negeri harus menunggu berbulan-bulan," kata Basrie.
Basrie memastikan semua proses produksi berada di bawah pengawasan dan ditangani sendiri oleh perusahaan. Mulai dari sumber bahan baku, budi daya tanaman, hingga teknologinya dibuat di Indonesia untuk melayani pasar domestik dan luar negeri. APR juga memiliki pusat studi untuk menjaga kualitas bahan.
Manfaat atau keuntungan lainnya dari pemanfaatan serat rayon ini yaitu tidak memberikan dampak buruk bagi lingkungan. Pasalnya, bahan ini lebih mudah terurai dibandingkan bahan lainnga.
Dalam waktu dua tahun serat rayon sudah bisa terurai, sedangkan polyester membutuhkan waktu puluhan tahun untuk bisa terurai. "Bahan kami ini diambil dari bahan baku yang sudah tersertifikasi dari hutan tanaman industri yang dikelola secara lestari," kata Overseas Business Development manager APR, Tony Ibrahim.
Ke depan, perusahaan berencana untuk terus menambah kapasitas. Pasalnya, ketersediaan serat rayon ini masih sangat sedikit baik di Indonesia maupun secara global.
Dalam rangka memperluas penetrasi, perusahaan telah berkolaborasi dengan berbagai mitra mulai dari pabrik benang, pabrik kain, desainer busana hingga ke sekolah mode. Dengan demikian, diharapkan serat rayon buatan Indonesia ini dapat membantu menggairahkan tekstilnya Indonesia.