Senin 05 Aug 2019 13:01 WIB

BPS: Menjaga Pertumbuhan Ekonomi Indonesia tidak Mudah

Ekonomi Indonesia pada kuartal kedua 2019 tumbuh 5,05 persen

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan
Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi)

EKBIS.CO, JAKARTA -- Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengakui, menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya tidak akan mudah. Proyeksi ini disampaikannya berdasarkan pertumbuhan ekonomi sejumlah negara yang menunjukkan perlambatan.

Dampaknya, tingkat permintaan mereka terhadap produk Indonesia akan terganggu sehingga berpotensi melambatkan kinerja ekspor. Suhariyanto menjelaskan, salah satu negara yang mengalami perlambatan adalah China, negara mitra dagang utama bagi Indonesia.

Baca Juga

Suhariyanto menuturkan, kontribusi China terhadap ekspor Indonesia hingga 16,62 persen. Sedangkan, pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu ini melambat dari 6,7 persen pada kuartal kedua 2018 menjadi 6,2 persen di kuartal kedua tahun ini.

Negara lainnya yang mengalami perlambatan adalah Amerika Serikat. Negara ini menjadi tujuan ekspor nomor dua Indonesia dengan share 11,23 persen.

"Di sana juga terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi dari 3,2 persen di kuartal kedua 2018 menjadi 2,3 persen di kuartal kedua 2019," kata Suhariyanto dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (5/8).

Singapura yang memiliki kontribusi 6,05 persen terhadap ekspor Indonesia turut mengalami perlambatan. Pertumbuhan ekonominya turun signifikan dari 4,2 persen pada kuartal kedua 2018 menjadi 0,1 persen pada kuartal kedua 2019. Demikian juga dengan Korea Selatan, Jepang, Vietnam, Malaysia hingga Thailand.

Suhariyanto mengatakan, pada pekan depan, akan lebih banyak negara yang merilis realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua. Tapi, prediksinya juga menunjukkan perlambatan. "Maka dari itu, tantangan ke depan adalah perlambatan ekonomi global yang mempengaruhi ekspor dan impor," ujarnya.

Di sisi lain, Suhariyanto menambahkan, perang dagang antara AS dan China semakin memanaskan kondisi ekonomi global. Meski sempat mereda, pernyataan dari Presiden AS Donald Trump yang di luar dugaan justru menimbulkan masalah lagi.

Tidak hanya di luar negeri, Suhariyanto menyebutkan, tantangan juga berangkat dari dalam negeri. Misalnya, kinerja investasi yang membutuhkan kestabilan politik dan keamanan, kepastian hukum. Oleh karena itu, ia berharap, pemerintah dapat menjaga poin ini untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif, termasuk dengan memangkas regulasi tak perlu.

Suhariyanto menuturkan, pihaknya tentu berharap agar kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat terus membaik. Hanya saja, ia memastikan, harapan tersebut tidak akan mudah untuk direalisasikan. "Untuk angkanya berapa, mungkin ekonom bisa lebih menjawab," katanya.

Dalam rilisnya, BPS mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua tumbuh 5,05 persen dibanding dengan periode yang sama pada tahun lalu. Angka ini melambat dibanding dengan kuartal kedua 2018 yang mencapai 5,27 persen maupun kuartal pertama tahun ini, yaitu 5,07 persen. Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi hingga semester pertama ini adalah 5,06 persen.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement