Kamis 08 Aug 2019 15:24 WIB

Penyuluh dan Petani Milenial Ujung Tombak Indonesia Kuat

Generasi Milenial adalah masa depan bangsa.

Red: EH Ismail
Prof Dedi Nursyamsi bersama petani muda
Foto: Humas Kementan
Prof Dedi Nursyamsi bersama petani muda

EKBIS.CO, JAKARTA — Kementerian Pertanian mengimbau kaum muda untuk bersemangat terjun ke bidang pertanian. Sebab sektor ini membutuhkan banyak inovasi agar ketahanan pangan dapat selalu terwujud.

“Kami datang kesini untuk Kalbar untuk memotivasi para pemuda untuk bertani.” tegas Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Prof Dedi Nursyamsi pada Kamis (8/8).

Generasi Milenial adalah masa depan bangsa. Karena itu Petani milenial harus cerdas, melek teknologi, melek ICT, tahan banting, dan berjiwa kewirausahaan.

Hal itu disampaikannya saat meresmikan kebun percobaan Sungai Kakap di Kalimantan Barat. Ini adalah salah satu sarana untuk menggembleng petani milenial Kalimantan Barat. 

Selain itu Dedi juga mengingatkan pentingnya penyuluh.  Mereka adalah ujung tombak. Ibarat perang yang paling terdepan adalah infantri. 

Penyuluh harus seperti logam. Kerasnya harus lebih keras dari kayu. Mengkilatnya harus lebih mengkilat juga dari kayu. Ujung tombak harus lebih tajam dari gagang kayu yang terbuat dari tombak. 

Dia mengatakan, peneliti ibarat gagang tombak jadi tidak tajam tidak apa-apa. Pendidik, dosen, widyaiswara, itu gagang tombak, namun penyuluh itu ujung tombak. Penyuluh harus lebih tajam dari pada saya yang dari seorang peneliti. Penyuluh kesehariannya bertemu petani, ketemu milenial. “Anda para penyuluhlah yang membangun semangat petani milenial untuk menanam, memupuk hingga mengetahui cara mengolah produk pangan bahkan packaging. Peran penyuluh itu luar biasa,” ujarnya

Karena itu ilmu, semangat, mental penyuluh harus luar biasa. Kalau pangan kuat negara pasti kuat. Tapi kalau pangannya lemah alias kekurangan pangan negara pasti lembek. 

Negara Uni Soviet karena paceklik saat itu tidak bisa produksi gandum akhirnya kelaparan. Diikuti krisis pangan lalu krisis sosial politik, ekonomi sehingga akhirnya bubar.  “NKRI harga mati kalau pangan kuat, maka NKRI kuat. Karena itu pangan juga harga mati karebna tidak ada pangan tidak ada NKRI,” ujarnya

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement