Perusahaan fintech Koku asal Singapura mengumumkan rencana ekspansinya ke Indonesia. Ekspansi kawasan ini merupakan langkah lanjutan dari pendanaan pra-Seri A sebesar US$2 juta di awal tahun ini yang dipimpin oleh Decent Capital, firma investasi yang dibangun oleh salah satu pendiri raksasa teknologi China, Tencent Holdings, yakni Jason Zeng.
Perusahan itu akan bekerja sama dengan LKBB (Lembaga Keuangan Bukan Bank) untuk mengembangkan solusi teknologi valuta asing (Valas). Saat ini, Koku tengah berdiskusi dengan tiga LKBB yang termasuk ke dalam perusahaan rintisan.
"Kami adalah enabler teknologi berbentuk SaaS untuk klien bisnis seperti layanan remitansi dan penukaran uang. Kami hadir untuk mendukung industri menghemat biaya dan memberikan nilai lebih kepada konsumen mereka," kata CEO Koku, Calvin Goh ketika ditemui di bilangan Senopati, Jakarta, Selasa (13/8/2019).
Baca Juga: Bidik Seri A US$10 Juta, KOKU Siapkan Sejumlah Target Semester I 2019
Menurut Bank Dunia, perekonomian Indonesia telah mengalami kemajuan dan pertumbuhan signifikan, sebagian berasal dari kontribusi industri remitansi. Terdapat pertumbuhan dua-digit sebesar 24,7% pada 2018 dan transaksi yang tercatat bernilai US$8,9 miliar dalam bentuk devisa yang dibawa oleh para pekerja migran pada 2017.
Indonesia juga dianggap sebagai salah satu dari sepuluh penerima remitansi terbesar di Asia pada tahun 2018, berdasarkan perhitungan dari Asian Development Bank. "Di Indonesia, kami akan mulai membidik segmen LKBB di fase satu," ujar sang pendiri.
Selain itu, startup itu juga akan berkolaborasi dengan mitra ahli di pasar tanah air, seperti pemain industri layanan e-wallet, pinjaman mikro dan perusahaan pembayaran, serta bisnis remitansi dan penukaran uang.
Baca Juga: Mamikos Mau Lebarkan Sayap, Lirik Bisnis Fintech?
Selain itu, Koku berpotensi mengeksplorasi peluang untuk bermitra dengan supermarket dan minimarket lokal. "Di fase kedua, kami berpikir untuk menggandeng supermarket dan minimarket," imbuh Calvin.
Koku juga sudah beroperasi di pasar Asia Tenggara lainnya, meliputi Filipina, Malaysia, Thailand, Kamboja, Hongkong, dan tentu saja negara asalnya, Singapura. Setelah ini, mereka menargetkan untuk masuk ke pasar Myanmar dan Vietnam.
Namun, untuk saat ini, Koku masih ingin fokus menggarap potensi pasar Filipina dan Indonesia--di luar Singapura tentu saja. Sebab, kedua negara tersebut memiliki populasi terbanyak di wilayah itu. Belum lagi, jumlah penduduk yang bekerja di luar negeri kedua negara itu juga tinggi, menurut data Bank Dunia.