EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Utama Bank Tabungan Negara (BTN), Maryono, mengungkapkan budaya masyarakat yang lebih memilih menyewa hunian daripada membeli rumah membawa dampak negatif pada pertumbuhan kredit pemilikan rumah. Menurutnya, budaya itu telah memicu KPR tumbuh melambat.
"KPR nonsubsidi meningkat kecil masih di bawah 10 persen. Kenapa? Banyak masyarakat, terkhusus milenial, lebih mementingkan kehidupan sesaat, mereka cari penyewaan apartemen," kata Maryono di Jakarta, Selasa.
Dia membandingkan kondisi generasi sebelumnya yang justru lebih mementingkan kepemilikan hunian sebagai aset properti yang membuat kredit tumbuh cepat. Selain perubahan budaya investasi properti tersebut, kondisi inflasi dan valuta asing yang meningkat membuat permintaan perumahan atau backlog masih tinggi mencapai angka 11 juta.
"Backlog masih tinggi 11 juta karena faktor inflasi dan valuta asing yang meningkat," ucap Maryono.
Lebih lanjut, Maryono berharap pemerintahan baru nantinya dapat menyelesaikan permasalahan backlog secara menyeluruh. Selama semester I 2019, Bank BTN mencatat penyaluran kredit senilai Rp251,04 triliun atau naik sebesar 18,78 persen ketimbang periode yang sama tahun lalu sebesar Rp211,35 triliun.
Kinerja penyaluran kredit mendorong naik posisi aset perseroan menjadi Rp312,47 triliun atau tumbuh 16,58 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp268,04 triliun. Adapun sejak Januari hingga Juli 2019, Bank BTN menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp234,89 triliun atau naik 15,89 persen ketimbang periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, menurut hasil survei properti residensial yang dilakukan Bank Indonesia (BI) di pasar primer menyebutkan, angka penjualan properti residensial kuartal II 2019 turun 15,29 persen dibanding kuartal sebelumnya yang justru tumbuh sebesar 23,77 persen.