EKBIS.CO, JAKARTA -- Harga cabai di pasaran hingga kini masih terus terpantau tinggi. Hal tersebut disebabkan faktor minimnya pasokan produksi cabai.
Menurut pengamat pertanian IPB Suwardi, kondisi seperti ini dapat dikategorikan sebagai siklus tahunan. Hal tersebut akibat beberapa faktor yang mempengaruhi.
"Misalnya akibat faktor musim yang tidak mendukung. Kejadian seperti itu sering sulit diduga, seperti rutinitas tahunan," ujar Suwardi berdasarkan rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (15/8).
Akibatnya, Suwardi mengatakan, ada daerah yang mengalami gagal panen sehingga berimbas ke pasokan produksi. Petani seolah enggan merawat pertanian cabai.
"Kalau cabai kurang menguntungkan gara-gara musim kering, gagal panen atau ongkos produksi lebih besar daripada dibeli, bisa menyebabkan enggannya bertani cabai," ungkap Suwardi.
Sebagai informasi, harga cabai merah di pasaran masih terjual di kisaran harga Rp 100 ribu hingga Rp 120 ribu per kilogram. Sedangkan untuk cabai rawit berada di angka Rp 90 ribu sampai Rp 100 ribu per kilogram.
Pihak Kementerian Pertanian (Kementan) menjelaskan, berkurangnya pasokan cabai sebab petani mulai enggan merawat tanamannya akibat biaya panen lebih besar dibadingkan penjualan.
Menurut pihak Kementan, hal itu akibat harga cabai sempat murah di pasaran beberapa waktuali sehingga petani seolah tidak lagi serius menggarap pertanian cabai.
Kendati begitu, Kementan telah mendorong daerah agar giat memproduksi cabai guna memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri dan menyuplai wilayah lain yang bukan basis sentra penghasil.
Pihak Kementan juga mengimbau kepada daerah supaya mampu memanajemen waktu tanam cabai setiap tiga bulan sekali supaya pasokan produksi cabai terus stabil.