EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menyampaikan kondisi ekspor Indonesia pada tahun 2020 mendatang akan berada pada situasi yang sulit akibat perang dagang AS-China. Kementerian Perdagangan (Kemendag) belum bisa memprediksi kapan berakhirnya situasi pelemahan ekspor yang tengah terjadi.
"Itu fakta yang ada, kapan berakhirnya kita tidak tahu. Rasanya, sampai Pemilu di Amerika Serikat kondisi masih tetap," kata Enggartiasto saat ditemui di Jakarta, Senin (19/8).
Kendati demikian, Enggartiasto menegaskan bahwa Indonesia tidak boleh berdiam diri. Presiden Joko Widodo secara tegas telah memerintahkan kepada semua kementerian terkait memanfaatkan celah pasar ke AS dan China. Tanpa itu, ekspor nasional tidak akan bertambah, sebaliknya akan terus melemah.
Saat ini, menurut dia, banyak pelaku industri berorientasi ekspor di China yang ingin melakukan relokasi dan mencari tempat di Asia Tenggara. Hal itu demi menghindari kebijakan kenaikan bea masuk yang ditetapkan oleh Pemerintah AS terhadap berbagai produk dari China.
Kondisi itu perlu ditangkap oleh Indonesia untuk mendorong industrialisasi nasional. Pemerintah, kata Enggar, tidak boleh menutup mata atau anti terhadap potensi masuknya pelaku industri karena dapat mendorong rantai pasok industri global.
Sementara ini ia menilai Indonesia sudah cukup baik dalam memanfaatkan perang dagang baik terhadap pasar AS maupun China. Namun, Enggartiasto mengakui upaya yang dilakukan Indonesia masih cukup terbatas.
Kementerian Perdagangan akan segera melakukan penghitungan target ekspor tahun depan sesuai dengan target pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 sebesar 5,3 persen. "Kita harus hitung dan akan ditetapkan berapa target ekspor 2020. Asumsi juga bukan cuma pertumbuhan ekonomi, ada variabel yang lain," kata dia.
Sementara itu, hingga akhir tahun 2019, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekspor bisa mencapai 8 persen dari tahun lalu. Namun, mengutip data terakhir Badan Pusat Statistik kondisinya justru berbalik.
Nilai ekspor Indonesia kurun Januari-Juli 2019 hanya 95,79 miliar dolar AS, turun 8,02 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Ekspor nasional paling banyak disumbang oleh industri pengolahan dengan porsi 74,52 persen senilai 11,51 miliar dolar AS.
Porsi terbesar kedua selanjutnya diikuti barang tambang 13,06 persen, migas 10,39 persen serta pertanian 2,03 persen.