EKBIS.CO, JAKARTA -- Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Didin Djunaedi menilai selama empat tahun terakhir ini sektor pariwisata semakin menyejahterakan rakyat. Devisa dari sektor pariwisata pada 2018 tercatat mencapai 19,29 miliar dolar AS atau hampir menembus target pada 2019 sebesar 20 miliar dolar AS.
Menurut Didin, sejak awal pihaknya sudah memperkirakan peningkatan angka devisa pariwisata Indonesia. “Minat dan antusiasme industri pariwisata nasional sudah terasa dalam empat tahun ini. Semakin hidup dan bergairah. Itu menunjukkan bahwa bisnis di sektor pariwisata semakin menemukan bentuknya, makin merata makin menyejahterakan banyak pihak,” kata Didin dalam keterangan pers tertulis, Selasa (20/8).
Dikatakan, perkembangan pariwisata ditunjukkan oleh kontribusi dalam PDB, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman), jumlah wisatawan Nusantara (wisnu), dan nilai penerimaan devisa. Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB pada 2018 mencapai 4,5 persen dan 2019 ditargetkan 4,8 persen.
"Peningkatan kontribusi ini utamanya didorong oleh meningkatnya jumlah kunjungan wisman, wisnus dan investasi, terutama di 10 destinasi prioritas," ujar Didin.
Sebelumnya, Presiden Jokowi dalam Pidato Kenegaraan di Gedung DPR MPR RI, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8), mengatakan, devisa pariwisata pada 2018 mencapai 19,29 miliar dolar AS. Jumlah devisa itu berasal dari jumlah kunjungan wisman berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018 yang ditutup dengan angka capaian 15,8 juta.
Sementara tingkat belanja wisman selama berwisata dan berada di Tanah Air sebesar 1.220 dolar AS per wisman per kunjungan atau istilahnya average spending per arrival (ASPA). ASPA sebesar 1.220 dolar AS per kunjungan itu sudah termasuk perhitungan wisman dari 19 pintu utama imigrasi sejumlah 13,3 juta wisman ditambah 2,71 juta wisman dari pintu lainnya sehingga jumlah totalnya 15,81 juta wisman.
Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) belum memasukkan devisa dari pintu lain dan lebih fokus pada 19 pintu utama yang pengeluarannya 1.440 dolar AS per kunjungan. BI sampai saat ini belum memasukkan wisman dari pintu lain yang jumlahnya cukup signifikan mencapai 2,7 juta, meskipun belanjanya yang sudah disurvei, hanya 150 dolar AS per kunjungan.
Hal itulah yang menjadi alasan ASPA dihitung 1.220 dolar AS per kunjungan. Penghitungan terfokus pada ASPA di pintu utama juga tidak lain karena belum ada pasangan outbond yang bisa diperhitungkan.
Meskipun asumsi ASPA dari pintu lain sebesar 150 dolar AS pernah disampaikan BPS sehingga ASPA pintu utama yang dihitung BI menjadi 1.440 dolar AS per kunjungan.