Rabu 21 Aug 2019 14:58 WIB

Penyerapan Bahan Nabati untuk Biosolar Pertamina Meningkat

Per Juli, realisasi penyerapan FAME pada 2018 sebesar 3,2 juta kiloliter.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Friska Yolanda
Petugas menunjukkan sampel bahan bakar B30 saat peluncuran uji jalan Penggunaan Bahan Bakar B30 untuk kendaraan bermesin diesel di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/6). Uji jalan kendaraan berbahan bakar campuran biodiesel 30 persen pada bahan bakar solar atau B30 dengan menempuh jarak 40 ribu dan 50 ribu kilometer tersebut bertujuan untuk mempromosikan kepada masyarakat bahwa penggunaan bahan bakar itu tidak akan meyebabkan performa dan akselerasi kendaraan turun.
Foto: Prayogi/Republika.
Petugas menunjukkan sampel bahan bakar B30 saat peluncuran uji jalan Penggunaan Bahan Bakar B30 untuk kendaraan bermesin diesel di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/6). Uji jalan kendaraan berbahan bakar campuran biodiesel 30 persen pada bahan bakar solar atau B30 dengan menempuh jarak 40 ribu dan 50 ribu kilometer tersebut bertujuan untuk mempromosikan kepada masyarakat bahwa penggunaan bahan bakar itu tidak akan meyebabkan performa dan akselerasi kendaraan turun.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman, mengatakan, tren realisasi penyerapan bahan nabati untuk campuran Biosolar atau fatty acid methyl ester (FAME) terus meningkat. Per Juli 2019, kata dia, Pertamina mencatat penyerapan FAME mencapai 3,2 juta kiloliter atau 59 persen dari alokasi FAME pada 2019.

"Sementara, realisasi penyerapan FAME pada 2018 sebesar 3,2 juta kiloliter. Dengan demikian, penyerapan FAME selama periode Januari-Juli 2019 sudah menyamai realisasi selama satu tahun 2018," ujar Fajriyah di Jakarta, Rabu (21/8).

Fajriyah mengatakan tren realisasi penggunaan FAME dalam Biosolar meningkat seiring upaya Pertamina untuk memasok seluruh industri dengan Biosolar sesuai regulasi. "Pertamina selalu siap memasok kebutuhan industri dengan bahan bakar sesuai yang diperlukan," lanjut Fajriyah.

Fajriyah menjelaskan, per 1 September 2018, implementasi program pencampuran 20 persen FAME ke dalam Minyak Solar atau Biosolar B20 sudah diperluas ke sektor non-PSO, sehingga saat ini penjualan B20 sudah dilakukan baik pada sektor PSO maupun non-PSO. Pertamina, lanjut dia, kini memiliki 111 terminal BBM yang siap untuk mendistribusikan B20, sedangkan titik pencampuran FAME dilaksanakan di 29 titik pencampuran yaitu 26 terminal BBM dan tiga kilang.

"Konsumsi biosolar terbesar ada di sektor transportasi," kata Fajriyah.

Sejak Mei 2019, Pertamina tidak lagi melakukan impor diesel karena kebutuhan minyak solar di dalam negeri sudah bisa dipenuhi dari hasil produksi kilang-kilang Pertamina. Untuk sektor industri, Pertamina melayani seluruh sektor industri yang membutuhkan jenis BBM diesel dengan biosolar.

Fajriyah menuturkan, hingga saat ini, sektor listrik dan pertambangan adalah dua sektor terbesar yang menyerap biosolar. Terkait dengan penerbitan Peraturan Presiden No 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan, Fajriyah mengatakan Pertamina mendukung upaya pemerintah untuk mengembangkan energi baru dan terbarukan yang lebih ramah lingkungan.

"Sumber energi alternatif apapun, selama memang baik dan prospek untuk dikembangkan, perlu didukung pengembangannya. Kita semua berharap, ke depannya Indonesia akan memiliki lebih banyak pilihan untuk energi alternatif yang ramah lingkungan," lanjut Fajriyah.  

Fajriyah menyampaikan pengembangan mobil listrik dan program B20 memiliki segmentasinya masing-masing dengan kemanfaatan yang berbeda. Saat ini, Pertamina sudah memiliki stasiun pengisian listrik untuk umum di SPBU Kuningan, Jakarta. Di SPBU itu telah terpasang empat unit charging station dengan dua unit merupakan tipe fast charging yang mampu mengisi penuh baterai kendaraan listrik dalam waktu kurang dari 15 menit dan dua unit lainnya merupakan tipe normal charging.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement