EKBIS.CO, JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (BRI Agro/AGRO) optimistis mendapatkan suntikan dana segar mencapai Rp 700 miliar dari Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD/Rights Issue). Rencananya, anak usaha BRI ini bakal melakukan rights issue pada September 2019 dengan melepas saham baru sebanyak 3 miliar lembar atau 12,32 persen dari modal yang disetor.
Direktur Utama BRI Agro Agus Noorsanto mengatakan, rights issue bertujuan untuk memperbesar kapasitas bisnis yang selama ini dijalankan perseroan. “Kedua, kita juga ingin memperkuat infrastruktur IT karena visi kita kan menjadi bank pelayanan terbaik untuk sektor agribisnis berbasis digital platform,” kata Direktur Utama BRI Agro Agus Noorsanto di Jakarta, Rabu (21/8).
Dari perkiraan Rp 700 miliar tambahan modal baru, Agus melanjutkan, perusahaan akan mengalokasikan anggaran sekitar Rp 50 miliar sampai Rp 100 miliar untuk pengembangan digital platform. Saat ini, BRI Agro sudah memiliki sejumlah layanan digital perbankan. Salah satu yang menjadi andalan adalah aplikasi Pinang atau aplikasi pinjaman digital multiguna yang menargetkan nasabah pemilik rekening payroll di BRI dan BRI Agro.
“Pinang atau pinjaman tenang ini bisa kita klaim sebagai the first digital lending from bank yang sudah menggunakan teknologi terbaru dan credit scoring system mutakhir. Ini sangat potensial kita kembangkan ke depan,” ujar Agus.
Agus menerangkan, Pinang yang baru diperkenalkan Januari 2019 sudah berhasil menarik 400 debitur dengan nilai transaksi Rp 2 miliar sampai Juni. Kemudian, sejak Juli sampai sekarang, perkembangannya sangat pesat dengan sukses mencatatkan jumlah debitur mencapai 1.600 dan nilai transaksi Rp 6 milliar. “Target kita tahun ini sampai Rp 30 miliar bahkan saya yakin bisa sampai Rp 50 miliar dan tahun depan bisa saja kita targetkan sampai Rp 500 miliar.”
Selain menambah kapasitas bisnis dan pengembangan digital, kata Agus, rights issue tahun ini juga bertujuan untuk memperbesar kepemilikan publik atas saham BRI Agro. Sebab, induk perusahaan BRI Agro, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, tidak akan menggunakan haknya yang otomatis kepemilikan saham bank terbesar di Indonesia itu akan terdelusi. Saat ini, komposisi saham BRI Agro adalah 87,10 persen dikuasai BRI, 6,58 persen publik, dan 6,32 persen dipegang Dana Pensiun Perkebunan (Dapenbun, sebelumnya bernama Yayasan Dana Pensiun Perkebunan/YDPP).
“Nanti, kepemilikan induk menjadi hanya sekitar 76,35 persen dan saham publik dari 6,5 persen harapannya bisa mendekati 20 persen. Supaya lebih liquid,” jelasnya.
Melalui righst issue pula, emiten berkode AGRO ini berharap bisa naik kelas dari Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) II menjadi BUKU III. Saat ini, modal yang dimiliki perusahaan sekitar Rp 4,45 triliun. “Kalau sukses, semoga kita bisa jadi BUKU III, sehingga aktivitas kita meningkat, fee based income naik, base customer naik, dan tentu kalau sudah BUKU III, SDM, manajemen, IT, semua siap kita tingkatkan,” kata Agus.
Mengenai harga, Agus menegaskan, perusahaan belum memutuskan harga saham yang akan diperdagangkan dalam pelaksanaan HMETD yang akan berlangsung pada 10-17 September 2019. Kendati demikian, Agus memastikan, harga saham BRI Agro akan sangat kompetitif dan menarik untuk pasar. Pada Desember 2018, saham AGRO bernilai Rp 310 per lembar saham, kemudian mencapai Rp 372 pada 2 Agustus 2019, dan pada akhir Maret 2019 berada di angka Rp 320 per lembar saham. “Pokoknya, nanti kita lepas di bawah harga pasar lah.”
Direktur BRI Agro Ernawan menambahkan, pada kuartal I 2019, pendapatan bunga bersih AGRO tumbuh 4,72 persen secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp 160,24 miliar. Pendapatan didorong tingginya penyaluran kredit yang menghasilkan pertumbuhan pendapatan bunga mencapai 29,93 persen YoY. Pertumbuhan kredit sebesar 30,41 persen year-on-year didukung likuiditas AGRO yang memadai dengan LDR pada level 88,18 persen selama kuartal I 2019.
"Perseroan berhasil mencatatkan laba bersih Rp 61,11 miliar di kuartal pertama yang merupakan pencapaian laba tertinggi ke-4 dari seluruh bank BUKU II yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,” kata Ernawan.