EKBIS.CO, YOGYAKARTA — Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menginisiasi kegiatan pengembangan pakan untuk mewujudkan kemandirian penyediaan pakan ternak di Indonesia. Kebijakan ini diharapkan dapat mendukung Program Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (UPSUS SIWAB) dan Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera (BEKERJA),
Hal itu disampaikan oleh Direktur Pakan, Sri Widayati mewakili Dirjen PKH pada acara Rapat Koordinasi Kemandirian Pakan Tahun 2019 di Yogyakarta, 22-23 Agustus 2019.
Sri Widayati menyampaikan bahwa kegiatan kemandirian pakan tahun 2019 merupakan tindak lanjut dari arahan Menteri Pertanian yang disampaikan saat Kunjungan Kerja di Balitnak, Bogor pada tanggal 15 Mei 2019. Menindaklanjuti arahan tersebut, pada tahun 2019 ini Ditjen PKH telah menyusun pilot project kemandirian pakan di 11 Provinsi dan 23 kabupaten/kota serta telah melakukan identifikasi terhadap 13 kelompok pengolah pakan unggas dan 20 kelompok pengolah pakan Ruminansia yang aktif melakukan kegiatan pengolahan dan produksi pakan di daerah percontohan tersebut.
"Kegiatan pilot project Kemandirian Pakan ini dimaksudkan untuk menyediakan pakan berkualitas dengan harga terjangkau, dan berbasis sumber daya lokal di lokasi atau yang berdekatan dengan lokasi Program Bekerja dan UPSUS SIWAB" tambahnya.
Menurutnya Kementan telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 15,65 miliar yang diperuntukkan bagi pengadaan bahan pakan, alat dan mesin pengolah pakan, perbaikan dan/atau pembangunan gudang produksi, operasional kelompok, serta pembinaan yang didalamnya terdapat bimbingan teknis pengolahan dan produksi serta pengembangan kewirausahaan.
Arnold P Sinurat, anggota Komisi Ahli Pakan yang bertindak sebagai narasumber pada acara tersebut, menjelaskan bahwa saat ini masih terdapat masalah utama yang menjadi kendala pengembangan pakan mandiri di Indonesia. Salah satunya terbatasnya informasi hasil akademis bahan baku pakan lokal. Kalaupun ada belum dapat dipastikan kontinuitas pasokannya.
"Selain itu permasalahan mekanisasi dalam pencampuran bahan pakan, sulit diperoleh pakan yang homogen bila pencampuran dilakukan dengan manual itu pasti memerlukan bantuan mesin, supaya dihasilkan campuran yang lebih masif,” tambahnya.
Sementara itu, I Gusti Made Noor Kuswandana, Inspektur IV, Inspektorat Jenderal, Kementerian Pertanian, menekankan perlunya percepatan pelaksanaan kegiatan yang diawali dengan identifikasi titik-titik kritis sebagai acuan dalam pengendalian risiko pada setiap tahapan proses bisnis. Titik kritis tersebut meliputi sosialisasi, verifikasi kelompok, proses pengadaan barang jasa, distribusi dan penyerahan paket bantuan, pengelolaan bantuan, penyerahan hibah, serta keberlanjutan usaha.
Senada dengan pernyataan tersebut, Direktur Pakan menyatakan diperlukannya identifikasi sumber daya produksi (seperti jumlah, penyedia, harga dan kontinuitas ketersediaan bahan pakan), serta rencana produksi dan pemasaran pakan pada rentang waktu bulan Agustus sampai dengan Desember 2019. Sri Widayati juga berpesan agar setiap satker secara aktif membangun jejaring kerja antar stakeholdeuntuk saling menguatkan, seperti sharing informasi ketersediaan dan harga bahan pakan local untuk dimanfaatkan. Hal ini mendesak dilakukan agar pilot project berjalan efektif, efisien, menghasilkan pakan berkualitas berbasis sumber daya lokal dan berkelanjutan dengan harga terjangkau.
"Saya berpesan agar kita bersama-sama dapat mensukseskan kegiatan pilot project ini dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam pelaksanaan kegiatan,"ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, Ali Agus, Dekan Fakultas Peternakan UGM membagi tips sukses usaha pakan mandiri, dengan memperhatikan 7 aspek penting yaitu bahan baku , formula, quality control, manajemen inventory, cash flow, SDM, serta pasar dan konsumen. Fakultas Peternakan UGM memberi kesempatan dan membuka diri kepada seluruh peserta Rapat Koordinasi dan siapa saja yang berminat, dapat mengunjungi bengkel ternak yaitu suatu aktivitas memperbaiki performans ternak (saat ini sapi dan unggas) melalui perbaikan pemberian nutrisi.