EKBIS.CO, JAKARTA -- Adanya isu impor jagung dalam waktu dekat, akibat musim kemarau mendapat tanggapan berbagai kalangan. Salah satunya dari praktisi peternakan Cecep M. Wahyudin yang menolak ide impor jagung. Ditemui di Jakarta, pria yang akrab dipanggil Cecep ini menegaskan impor jagung dapat mengukur sejauh mana keberpihakan pemerintah pada petani.
Saat ini stok jagung cukup untuk beberapa bulan kedepan. Apalagi Mentan sudah sampaikan panen puncak jagung pada bulan Oktober. Saat ini masih terus ada panen. Pengusaha muda yang sedang mengembangkan koperasi berbasis pesantren ini percaya Kementan bekerja sangat keras untuk mensejahterakan petani.
Menurut Cecep biarlah petani jagung juga menikmati harga yang bagus. "Kasian mereka sudah terlalu lama menanggung rugi karena harga jagung hancur. Kini mereka bergairah tanam jagung. Kita harus jaga semangatnya," tegas Cecep.
Petani mengumpulkan hasil panen jagung yang sudah dikeringkan di Desa Handap Herang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Jumat (2/8).
Cecep yang juga CEO eTanee sebuah start up berbasis peternakan yang berkembang pesat saat ini, mengatakan kedepan korporasi petani harus dikembangkan agar petani tidak selalu kalah dengan pemodal besar. Dirinya mengaku menjadi ketua umum salah satu koperasi yang bergerak di pengembangan agri bisnis terintegrasi di sektor peternakan, pertanian dan digitalisasi jaringan distribusi berbasis masjid dan pesantren di seluruh Indonesia.
"Kita besarkan koperasi dan ekonomi kerakyatan agar peternak rakyat tetap hidup dan memberikan kontribusi bagi ekonomi nasional. Kalau impor terus, petani dan peternak bagiannya apa?," Cecep mempertanyakan komitmen pemerintah untuk ekonomi rakyat. Ia berharap pejabat pemerintah yang berpikir impor selalu solusi, harus sering turun kebawah melihat nasib petani dan peternak." mereka kan harus disejahterakan. Makanya berpikirnya tidak boleh pendek dan instan."
Cita cita swasembada jagung telah tercapai, terbukti dalam 3 tahun terakhir impor jagung sudah jauh dari sebelumnya. Dulu impor jagung hingga 3,6 juta ton, namun kita Indonesia malah bisa ekspor. "Kita harus lanjutkan ini untuk petani jagung yang sejahtera,"