EKBIS.CO, TOKYO -- Harga minyak relatif stabil di perdagangan Asia pada Kamis (29/8) pagi, setelah data resmi mengkonfirmasi penurunan besar dalam persediaan minyak mentah AS. Ini membantu meredakan kekhawatiran tentang melemahnya permintaan, namun kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi yang lebih luas menahan harga.
Minyak mentah Brent turun tipis tujuh sen atau 0,1 persen menjadi diperdagangkan di 60,42 dolar AS per barel pada pukul 00.11 GMT (07.11 WIB) setelah naik selama dua hari. Harga minyak Brent naik sekitar 1,5 persen di sesi sebelumnya. Sementara itu, minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) menguat tipis sebesar enam sen atau 0,1 persen, menjadi diperdagangkan di 55,84 dolar AS per barel.
Persediaan minyak mentah AS turun minggu lalu sebesar 10 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi analis untuk penurunan 2,1 juta barel karena impor melambat, kata Badan Informasi Energi AS (EIA). Stok bensin AS juga turun 2,1 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penurunan 388.000 barel.
Persediaan energi destilasi, yang meliputi minyak diesel dan minyak pemanas, turun 2,1 juta barel dibandingkan ekspektasi kenaikan 918.000 barel, tulis EIA.
"Penarikan minyak mentah mengkonfirmasi bahwa pengurangan pasokan OPEC secara efektif bekerja dengan menipisnya persediaan AS," kata Stephen Innes, managing partner di Valor Markets.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), Rusia dan produsen lainnya telah menahan pasokan untuk sebagian besar periode sejak 1 Januari 2017. Aliansi tersebut, yang dikenal sebagai OPEC+, pada Juli memperbarui pakta sampai Maret 2020.
Namun, kekhawatiran tentang perlambatan di AS dan pertumbuhan ekonomi global serta potensi terpukulnya permintaan minyak menjaga harga tetap terkendali. Produksi minyak mentah mingguan AS juga naik 200.000 barel per hari ke rekor baru pada 12,5 juta barel per hari dalam sepekan yang berakhir 23 Agustus.
Presiden Federal Reserve San Francisco, Marly Daly mengatakan pada Kamis bahwa ia percaya ekonomi AS memiliki momentum 'kuat', tetapi ketidakpastian dan perlambatan pertumbuhan global berdampak. Daly berbicara kepada wartawan setelah pidatonya di Wellington, Selandia Baru dan mengatakan dia dalam mode wait and see dalam menilai perlunya pemotongan suku bunga AS yang lain.
Pertumbuhan global telah dilanda perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina, yang tidak menunjukkan tanda-tanda pelonggaran. Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Senin(26/8) bahwa ia percaya China tulus tentang keinginan untuk mencapai kesepakatan perdagangan, tetapi kekhawatiran muncul pada Selasa (27/8) setelah kementerian luar negeri China menolak untuk mengkonfirmasi pembicaraan lewat telepon antara kedua negara mengenai perdagangan.