EKBIS.CO, Tak kenal lelah, Nia Sutiah (40 tahun) melayani para pelanggannya di warung makan, pagaden, Subang, Jawa Barat. Saban hari, dia menyiapkan makanan. Usaha yang dijalankannya untuk menopang kehidupan keluarga. Apalagi, keempat anaknya masih sekolah.
“Saya punya empat anak. Dua anak saya masih SD, yang masih SMP itu satu dan dua anak SMA,” kata Nia seraya tersenyum seperti dalam siaran pers.
Sore itu, perempuan yang disapa Nia masih sibuk melayani pembeli. Dia sudah menjajakan makanan ini sejak pagi hari. Sementara itu, sang suami bekerja sebagai petani. Dia mengakui pekerjaan sang suami tak cukup untuk sekolah sang anak. “Ya, pekerjaan suami saya petani. Saya ingin bantu beban suami dengan membangun warung makanan. Meski kecil warungnya tapi cukup untuk sekolah anak,” ujarnya.
Kerja kerasnya membuahkan hasil. Kini, anaknya pertama sudah lulus SMA. Dia tinggal mengurus ketiga anaknya yang masih di duduk bangku sekolah. “Nah, anak saya yang pertama sudah lulus nih. Cuman belum ada kerjaan. Jadi, masih bantu-bantu saya di warung,” jelasnya.
Saat pertama kali berusaha, Nia sulit mendapatkan pinjaman ke bank maupun lembaga keuangan lainnya. Dia tidak mempunyai syarat untuk mendapatkan pembiayaan modal dari lembaga keuangan tersebut. Adapun renteiner di daerahnya mematok dengan bunga yang sangat tinggi.
“Saya ini sudah lama jualan sejak era 2000-an. Sulit cari pinjaman. Akhirnya, tahun 2015 saya ketemu Amartha. Alhamdulillah selama di Amartha sudah enggak pusing lagi mikiran modal,” ujarnya.
Saat ini, dia sudah mendapatkan pendanaan sebesar Rp 7 juta dari pendana melalui Amartha. Sebelumnya, dia mendapatkan pendanaan sebesar Rp 5 juta. “Alhamdulilah pinjaman dari Amartha terus bertambah dari awalnya Rp 3,5 juta terus bertambah Rp 5 juta. Saya juga tidak pernah telah untuk membayarnya,” ungkapnya.
Tak heran, Nia didaulat menjadi ketua majelis Korea di Pagaden, Subang, Jawa Barat. Dia dipercayai menjadi ketua untuk sekitar 20 pengusaha mikro perempuan di daerahnya. Dia cukup tegas dalam mengatur keuangan kelompok tersebut.
“Di majelis saya pembayaran semua lancar. Saya juga tegas kepada ibu-ibu di kelompok itu. Saya tidak mau menerima uang jika ibu tersebut tidak datang atau hanya diwakili. Saya mau menerima pembayaran jika si ibu yang datang,” tuturnya.
Rencananya, dia juga akan meminjam kembali di fintech terpercaya Amartha untuk membangun usaha bersama sang anak. Dia ingin membuka usaha minuman yang akan dijalankan oleh sang anak.
“Iya, anak saya belum kerja. Jadi, saya mau bantu dia untuk jualan jus atau jualan mi. Ya, baguslah dia sudah mau ikut usaha,” ucapnya.
Dia mengakui berkat fintech aman Amartha usahanya terus berkembang. Apalagi, pelayanan Amartha lebih baik saat ini. Tak hanya itu, dia juga mendapatkan pelajaran bisnis oleh para petugas Amartha di lapangan.
“Saya senang bisa bergabung dengan Amartha. Mereka itu ramah dan sopan. Mereka sangat baik mau membantu usaha saya,” tutupnya.