EKBIS.CO, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Bidang Kebijakan Umum Gabungan Asosiasi Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Rahmat Hidayat mengatakan, selama ini industri sudah memiliki sistem penyetokan bawang merah yang kontinu. Sehingga peningkatan kuota serapan bawang merah petani dalam waktu dekat belum dimungkinkan.
"Industri tidak menggunakan bawang merah segar, jadi sudah punya inventori yang secara kontinu terus diisi," kata Rahmat saat dihubungi Republika, Kamis (5/9).
Menurut dia, apabila inventori suatu perusahaan industri makanan tersebut sudah dipenuhi bawang merah, maka penyerapan tambahan tak akan berlangsung. Akan tetapi apabila kapasitas inventorinya memungkinkan, menurut dia industri pasti akan menyerap.
Petani bawang merah di sejumlah sentra produksi mulai memanen bawang merahnya pada kurun Juli-Agustus 2019 secara serentak. Minimnya pengendalian pola tanam membuat harga bawang merah petani mudah anjlok di saat musim panen. Untuk itu pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) meminta industri dan Bulog untuk menyerap guna menstabilkan harga.
Sebelumnya diketahui harga bawang merah petani anjlok di kisaran Rp 6.000-Rp 8.000 per kilogram (kg). Padahal, biaya produksinya mencapai Rp 13.800 per kg.
Kendati demikian sejak dua hari terakhir, Asosiasi Petani Bawang Merah Indonesia (ABMI) mengatakan harga bawang merah mulai merangkak naik di level Rp 11 ribu per kg seiring dengan mulai terhentinya masa tanam pada September.