EKBIS.CO, JEDDAH -- Indonesia Halal Economy Investment Forum 2019 yang digelar di Jeddah, mendapatkan respons positif dari investor dan buyer asal Arab Saudi. Sejumlah investor dan buyer tertarik untuk menanamkan modalnya atau membeli produk-produk halal yang ditawarkan di forum tersebut.
Acara yang dihelat selama sekitar tiga jam di Balai Nusantara, KJRI Jeddah, itu berlangsung efektif dan interaktif. Pelaku usaha kecil, menengah dan besar Indonesia yang ikut di forum itu bisa berkomunikasi langsung dengan calon mitranya.
Pelaku usaha dari kedua belah pihak berinteraksi di meja bundar secara berkelompok sesuai bidang usaha yang sejenis. Misalkan, para pengusaha makanan dari kedua negara ditempatkan di satu meja yang sama. Begitu juga dengan pelaku usaha fesyen ditempatkan di satu meja yang sama.
Dengan begitu selama jalannya acara, mereka bisa terus berinteraksi. Pihak KJRI memberikan bantuan tenaga penerjemah di tiap meja. Ada 14 meja bundar yang digelar di ruang pertemuan itu untuk memfasilitasi pertemuan antara 26 orang delegasi Indonesia dan puluhan pengusaha Arab Saudi.
"Tadi ada beberapa investor Saudi yang tertarik tentang makanan," ujar Presiden Direktur PT Phalosari Unggul Jaya, Warsubi, Rabu (18/9) malam, sebagaimana dilaporkan wartawan Republika dari Jeddah, Arab Saudi. Phalorasi bergerak diusaha peternakan dan pemotongan ayam dan bebek yang berlokasi di Jombang serta Nganjuk, Jawa Timur. Dalam sehari, peternakan ini mampu memotong sekitar 80 ribu ekor ayam.
Buyer Arab Saudi itu, ujar Warsubi, berminat mengimpor bebek dari Indonesia. Bebek itu nantinya akan dijadikan sebagai alternatif menu makanan bagi jamaah haji Indonesia. "Saya berani menawarkan harga yang lebih murah dibanding bebek dari Mesir," katanya.
Hanya saja, Warsubi melanjutkan, masih ada satu persoalan yang harus diselesaikan sebelum ekspor bebek ini terwujud. Pihak pembeli menginginkan kepastian sertifikat halal rumah pemotongan hewan di Indonesia. Mereka ingin sertifikasi halal dari otoritas Saudi, sementara sertifikat halal MUI dinilai belum cukup.
"Sertifikasi ini perlu bantuan dari pemerintah karena harus pemerintah yang mengajukan permintaan sertifikasi. Nanti, ada perwakilan Saudi yang akan mengaudit RPH-RPH di Indonesia," ujar Warsubi menjelaskan. Adapula pengusaha lainnya yang berencana melihat langsung lokasi peternakan Warsubi di Jombang sebelum meneken kontrak.
Presiden Direktur PT Phalosari Unggul Jaya, Warsubi (tengah), berbincang dengan calon investor/buyer dari Jeddah di acara Indonesia Halal Economy Investment Forum 2019 di Balai Nusantara, KJRI Jeddah, Arab Saudi, Rabu (18/9) petang.
Lain lagi cerita Pemilik Islamic Fashion Institute (IFI) Bandung, Irna Mutiara. Menurutnya, ada pengusaha Saudi yang berminat menjalin kerja sama membuka sekolah sejenis di Jeddah. Pengusaha ini mengaku memiliki lahan di kota pelabuhan di Arab Saudi itu. "Saudi sedang membuka diri untuk ekonomi kreatif. Anak-anak muda di sini ingin menekuni bidang disain," katanya.
Pengusaha Saudi itu akan datang ke Indonesia November mendatang untuk melihat sekolah fesyen yang dikelola Irna. Kedua pihak juga akan membahas cara untuk mendatangkan para pengajarnya dari Indonesia.
Chairman Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC) Sapta Nirwandar mengatakan delegasi yang mengikuti acara ini berasal dari kalangan usaha kecil, menengah, dan besar. Ia senang melihat respons positif yang ditunjukkan investor Arab Saudi. Indonesia Halal Economy Investment Forum 2019 dihelat IHLC bersama Bank Indonesia dan didukung Kementerian Luar Negeri.
Owner Project The Paradise World Resort, Bali Island, Ervik Ari Susanto (tengah), menjelaskan proyek yang akan digarapnya dan bertukar kartu bisnis dengan calon investor di acara Indonesia Halal Economy Investment Forum 2019 di Balai Nusantara, KJRI Jeddah, Arab Saudi, Rabu (18/9) petang.
Salah satu usaha skala besar yang ditawarkan dalam forum ini adalah proyek pariwisata, The Paradise World Resort, Bali Island. Di lahan seluas 20 hektare di Kuta Selatan, Badung, ini rencananya akan dibangun kawasan halal resort, sport tourism, commercial, dan entertainment. Nilai investasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan semuanya sekitar 763 juta dolar AS.
"Tadi sudah ada satu perusahaan investasi yang menyatakan minatnya. Mereka memang sedang mencari kawasan untuk resort di Malaysia atau Indonesia," ujar Owner Project, Ervik Ari Susanto.
Investor itu, ujar Ervik, sudah menanyakan status tanah di lokasi proyek dan beberapa hal lainnya. Bila sesuai dengan rencana ekspansi bisnis, mereka berjanji akan datang ke Bali.