EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata (Kemenpar) telah menyusun masterplan pengembangan wisata religi untuk menambah daya tarik pariwisata nasional. Meski demikian, komitmen pemerintah daerah untuk mendongkrak sektor wisata cukup minim.
Ketua Tim Percepatan Wisat Religi, Seni, dan Budaya, Kemenpar, Tendi Nuralam, mengatakan, banyak daerah di Indonesia yang memiliki sejarah religi untuk dijadikan sebagai daya tarik wisata. Pihaknya juga telah menyusun masterplan untuk digunakan pemerintah daerah.
"Tapi, siapa nanti yang akan melaksanakan masterplan? Semua harus ikut serta. Daerahnya harus inisiasi dulu (mengajukan diri)," kata Tendi kepada Republika.co.id, Ahad (22/9).
Menurut dia, sementara ini banyak daerah potensial yang jalan sendiri dan melakukan pembangunan. Namun, pengembangan serta pembangunan yang dilaksanakan tidak berdasarkan masterplan. Itu membuat banyak fasilitas fisik yang dibangun dengan anggaran daerah tidak terpakai secara optimal.
"Terkadang daerah membangun dulu baru mikir. Jadi saya sarankan pertama kali dimulai dari masterplan. Setelah itu ada strategic plan baru rencana aksi. Itu bagi tugas antara pusat dan daerah," ujarnya.
Tendi menjelaskan, sementara ini daerah pertama yang dipilih sebagai lokasi pengembangan wisata religi yakni di Kabupaten Serang, Banten. Tepatnya di Kecamatan Tanara yang memiliki sejarah Syekh Nawawi Albantani. Pemilihan Serang karena potensi local wisdom yang ada diyakini punya dampak signifikan untuk menarik kunjungan wisatawan.
Masterplan wisata religi yang diterapkan di Kecamatan Tanara sekaligus menjadi acuan kementerian lain melakukan pembangunan fisik. Secara teknis, kata Tendi, alur pergerakan wisatawan dari bandara telah diketahui secara detail sehingga infrastruktur wisata terpakai secara optimal.
"Masterplan ini tidak hanya untuk turisnya. Tapi dipakai juga untuk Kementerian PUPR, misalnya. Bagaimana infrastruktur air hingga manajemen sampah sudah dibuat," katanya.
Tendi mengatakan, pembangunan fisik Kecamatan Tanara menjadi objek wisata reiligi bakal dilakukan selama tiga tahun ke depan mulai tahun 2020. Namun, Tendi belum menyebutkan seberapa besar anggaran yang dibutuhkan untuk seluruh pembangunan.
Yang jelas, kata Tendi, Serang ditargetkan bisa mendatangkan 30 ribu wisatawan mancanegara dan 300 ribu wisatawan nusantara dalam setahun.
Sembari pembangunan dilakukan, pemerintah akan bekerja paralel untuk mencari daerah-daerah potensial yang memiliki komitmen kuat. Ia menyebut, daerah potensial selain Serang Banten yakni Cirebon dan Tuban. Dua daerah itu juga memiliki sejarah religius yang menjadi daya tarik wisata religi.