Warta Ekonomi.co.id, Surakarta
Induk perusahaan TikTok, ByteDance membukukan pendapatan di kisaran 50 miliar yuan-60 miliar yuan (sekitar Rp 99,3 triliun-Rp 119 triliun) di paruh pertama tahun ini, melebihi perkiraan para analis.
Perusahaan yang berbasis di Beijing yang mencatatkan kerugian di kuartal I itu membukukan laba pada Juni lalu. Pertumbuhan yang signifikan membuat ByteDance merevisi target pendapatan di tahun ini, dari 100 miliar yuan ke 120 miliar yuan.
“Melihat laba yang dikumpulkan pada Juni lalu, perusahaan yakin bisa meraup keruntungan pada paruh kedua tahun ini,” kata narasumber internal perusahaan yang menolak disebut namanya kepada Reuters, dikutip Selasa (1/10/2019).
Baca Juga: Unduhan Tiktok Turun per Kuartal II-2019, Karena Pengguna India dan AS?
Tahun lalu, ByteDance meraup total pendapatan senilai 7,2 miliar miliar dolar AS (sekitar Rp 102 triliun), berdasarkan laporan The Information. Mayoritas pendapatan ByteDance berasal dari pasar China.
Lebih lanjut, perusahaan berusia tujuh tahun itu bernilai 78 miliar dolar AS pada akhir tahun lalu. Unit bisnisnya terdiri atas agregator berita China, Jinri Toutiao; TikTok; serta Dounyin sebagai versi domestik aplikasi video singkatnya.
Douyin mengumpulkan cuan dari biaya iklan, sedangkan TikTok masih berada di tahap awal untuk memperoleh profit.
Analis menilai, ByteDance berpotensi menjadi ancaman kuat bagi raksasa teknologi China seperti Tencent dan Baidu. Secara global, aplikasi ByteDance telah memiliki 1,5 miliar pengguna aktif bulanan dan 700 juta pengguna aktif harian per Juli lalu.
Untuk melebarkan sayap di China, perusahaan meluncurkan mesin pencarian untuk bersaing dengan Baidu. Bahkan, perusahaan juga mengakuisisi situs serupa Wikipedia, namanya Baike.com.
Sementara di luar China, ByteDance merilis aplikasi efiseinsi kerja, Lark dan berniat meluncurkan aplikasi siaran musik berbayar.