EKBIS.CO, JAKARTA -- Pengamat Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Rizal Taufik Rahman menilai penerbitan Obligasi Negara Ritel (ORI) seri 016 tidak akan efektif untuk mendorong investasi riil. Capaian instrumen ritel sebelumnya hanya mencapai 85 persen dari capaian nilai target penerbitan 2019
"Hal ini disebabkan target indikatifnya melebihi target penerbitan instrumen ritel sebelumnya," ujar Rizal saat dihubungi Republika.co.id di Jakarta, Rabu (2/10).
Rizal menyampaikan, capaian instrumen ritel sebelumnya hanya mencapai 85 persen dari capaian nilai target penerbitan 2019, dari jumlah delapan instrumen SBN ritel yang telah diterbitkan. Selain itu, lanjut Rizal, instrumen ORI 016 ditawarkan dalam jangka waktu yang relatif pendek yakni pada 2 Oktober hingga 28 Oktober 2019.
"Apalagi kondisi pasar di September 2019 terjadi penurunan daya beli masyarakat dengan terjadi deflasi yang signifikan," ucap Rizal.
Rizal berpandangan, meski dilakukan di pasar sekunder, tetapi tingkat kepercayaan dan sentimen pasar masih belum akan mampu mendorong target investasi. Oleh karena itu, menurut Rizal, seyogyanya pemerintah melakukan langkah antisipasi dengan memberikan fasilitas suku bunga yang turun bersamaan dengan terbitnya ORI seri 016 ini. Rizal meyakini apabila hal ini dilakukan akan menarik investor dari kalangan milenial.
"Selain akan menggairahkan pasar sekunder juga para obligor akan menjadikan aset dasar produk reksadananya. Apalagi kalau durasi lebih panjang dibukanya ORI 016 ini akan membuka peluang lebih banyak investor yang tertarik," kata Rizal menambahkan.