EKBIS.CO, MAKASSAR -- Masa awal kehidupan adalah masa yang krusial bagi tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, diperlukan perhatian khusus saat anak masih berada pada periode tersebut. Demi memberikan edukasi kepada para ibu, Pertamina pun mewujudkan program Corporate Social Responsibility (CSR) dengan tema Program Sehat Anak Ibu Tercinta (Sehati) Pertamina.
Program itu dilaksanakan di Kelurahan Pattillangoan, Kecamatan Ujung Aspal, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Unit Manager Communication & CSR Pertamina Marketing Operation Region (MOR) VII, Hatim Ilwan mengatakan, program itu ditujukan untuk mendampingi 1.000 hari pertama kehidupan anak agar kebutuhan gizi terpenuhi dengan baik.
“Program ini juga diharapkan mencegah stunting pada anak yang terjadi karena perkembangan yang kurang sempurna,” kata Hatim saat melakukan kunjungan di Kelurahan Pattillangoan, Kecamatan Ujung Aspal, Kota Makassar pada Kamis (3/10).
Program Sehati yang dikembangkan Pertamina ini merupakan program untuk memperbaiki gizi bayi, anak-anak serta ibu hamil dan menyusui. Demi menghadirkan pelayanan yang terintegrasi, program ini juga dijalankan lewat kerjasama dengan Puskesmas setempat.
“Program Sehati sudah kita mulai sejak tahun 2018 lalu melalui beberapa kegiatan untuk meningkatkan gizi balita. Berbagai kegiatan yang dilaksanakan antara lain pemberian paket makanan terpadu, pemberian obat cacing, demo masak, kelas edukasi serta kunjungan rumah,” ujarnya.
Menurut Hatim, berdasarkan data di Puskesmas, terdapat 28 balita yang sempat mengalami masalah kekurangan gizi yang tersebar di 5 RW di Kelurahan Pattillangoan, karena itu Program Sehati diharapkan akan membantu mengurangi balita kekurangan gizi.
Dalam pelaksanaan Program Sehati, Pertamina juga melibatkan ahli gizi untuk memonitoring program, melakukan pre dan post test untuk mengukur tingkat keberhasilan edukasi, rekap hasil food frekuensi setiap sasaran serta laporan kepatuhan sasaran. Dari kegiatan yang telah dilakukan sejak tahun 2018 lalu, program ini telah berhasil melakukan perbaikan gizi pada 16 orang balita dari 23 balita yang menjadi sasaran program.
Tahun 2019 ini, Program Sehati dilanjutkan pada tahap II untuk menyempurnakan yang telah dicapai pada tahun lalu, arena masa setahun itu dirasa belum cukup untuk memperbaiki gizi semua balita.
Dari pengukuran berat dan tinggi badan yang dilakukan tim di lapangan, terdapat beberapa anak yang mengalami stunting akibat kekurangan gizi dan akan sulit dipulihkan jika tidak memberi gizi yang cukup pada masa pertumbuhan “emas”.
“Program Sehati tahap II berfokus pada penuntasan masalah gizi pada balita untuk memutuskan mata rantai stunting anak. Program ini dikembangkan dengan melakukan pendampingan selama 1.000 hari pertama kehidupan, sejak proses kehamilan hingga usia bayi dua tahun,” pungkas Hatim.