EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Andin Hadiyanto menuturkan, pemerintah sudah menyiapkan stimulus fiskal untuk mendorong sektor pariwisata pada 2020. Khususnya untuk mempercepat pembangunan infrastruktur empat destinasi super prioritas, yaitu Danau Toba di Sumatera Utara, Borobudur di Jawa Tengah, Mandalika di Nusa Tenggara Barat, serta Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur.
Andin menuturkan, stimulus yang diberikan berupa tax allowance atau pemotongan pajak terhadap investasi pembangunan infrastruktur di empat destinasi super prioritas itu. "Sehingga, multiplier effect-nya akan lebih tinggi kalau dikembangkan," tuturnya saat ditemui di Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Selasa (8/10).
Stimulus fiskal tersebut termasuk untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun depan, yakni 5,3 persen. Sedangkan, sampai dengan akhir tahun ini, pemerintah memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh 5,1 persen atau lebih rendah dibandingkan target di Undang-Undang APBN 2019, yaitu 5,3 persen.
Melalui stimulus fiskal pembangunan infrastruktur di sektor pariwisata, Andin berharap, ekonomi domestik dalam negeri semakin kuat. Sebab, pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menciptakan dampak berganda ke sektor-sektor lain. Pariwisata juga efektif dalam menciptakan lapangan kerja yang luas.
Andin menuturkan, struktur ekonomi Indonesia kini semakin bergeser ke sektor jasa. Setidaknya 60 persen ekonomi Indonesia ditopang oleh sektor jasa.
"Tapi, tantangan kita adalah menaikkan jasa yang high end, bukan sekadar low end," katanya.
Sektor lain yang juga disebutkan Andin akan terus tumbuh adalah ekonomi kreatif. Ia mencatat, kontribusinya kini sudah mencapai 7,4 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Sektor ini juga mampu menyerap setidaknya 15 persen dari tenaga kerja.
Hanya saja, Andin mengatakan, industri kreatif masih menghadapi tantangan. Modal mereka adalah berupa kreativitas, bukan kolateral fisik yang dapat diakomodasi oleh perbankan.
"Tantangan kita, gimana mendorong industri kreatif (miliki kolateral fisik)," ujarnya.