EKBIS.CO, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengklaim target tingkat inklusi keuangan Indonesia sebesar 75 persen dari jumlah populasi masyarakat Indonesia sudah tercapai pada September 2019.
Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Tirta Segara mengatakan saat ini OJK sedang memfinalisasi hasil survei inklusi keuangan dan literasi keuangan yang telah dilakukan. Lembaga pengatur dan pengawas industri jasa keuangan tersebut mensurvei tingkat inklusi dan literasi keuangan Indonesia setiap tiga tahun sekali.
"Sampai September 2019, Alhamdullilah sudah melewati target 75 persen. Begitu juga dengan target tingkat literasi keuangan yang sebesar 35 persen, Insya Allah tercapai," ujar dia.
Adapun pemerintah, Bank Indonesia dan OJK menetapkan target tingkat inklusi keuangan sebesar 75 persen pada akhir 2019 sesuai Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI).
Tirta tak menampik peningkatan tingkat inklusi keuangan ditopang oleh melesatnya penetrasi ekonomi digital seperti maraknya penggunaan uang elektronik dan kegiatan belanja daring (e-commerce). Namun, Tirta belum bisa menjabarkan secara rinci komposisi penyokong pertumbuhan tingkat inklusi keuangan.
"Tentunya produk-produk baru di sistem pembayaran dan transaksi mendorong inklusi keuangan. Nanti akan dijelaskan secara rinci setelah surveinya selesai," ujar dia.
Selain tingkat inklusi keuangan, Tirta juga menyebutkan target untuk mencapai tingkat literasi keuangan sebesar 35 persen sudah tercapai pada tahun ini.
Hasil lengkap dari survei inklusi keuangan tersebut, kata Tirta, akan diumumkan OJK dalam waktu dekat. Terdapat perbedaan antara inklusi keuangan dan literasi keuangan.
Jika inklusi keuangan hanya menjadi parameter untuk mengukur jumlah orang yang menjadi nasabah atau menggunakan produk dan jasa keuangan di Indonesia, tingkat literasi juga mengukur kecakapan dan kemampuan nasabah dalam memahami produk dan jasa keuangan.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko mengatakan peningkatan inklusi keuangan sangat penting bagi Indonesia karena menjadi instrumen untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas ekonomi.
Inklusi keuangan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi karena akan meningkatkan jumlah tabungan di bank yang dapat digunakan sebagai bagian intermediasi ekonomi atau investasi pembangunan. Selain itu dengan inklusi keuangan, pemerataan manfaat ekonomi akan lebih mudah terlaksana.