EKBIS.CO, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Internasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Shinta Widjaja Kamdani menilai Indonesia perlu jemput bola dalam mendorong nilai ekspor. Hal ini telah dilakukan Kadin yang menggelar roadshow ke-14 negara bersama Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) untuk menawarkan produk ke pasar mancanegara.
Shinta mengungkapkan, banyak negara yang tertarik pada produk Indonesia, namun untuk mencapai kesepakatan masih memerlukan waktu. "Yang tertarik banyak, tapi yang sulit itu deal-nya. Kenapa kita roadshow karena negara lain seperti Vietnam sangat agresif makanya kita perlu jemput bola mendatangi (pasar luar negeri)," ujar Shinta di sela-sela ajang Trade Expo Indonesia 2019 di Indonesia Convention Exhibition, Tangerang Selatan, Rabu (16/10).
Shinta menilai masih banyak alasan mengapa ketertarikan negara luar belum berkorelasi lurus dengan peningkatan kerja sama terkait ekspor produk Indonesia.
"Banyak PR ada di dalam negeri, saat penjajakan bisnis, banyak sekali pertanyaan soal keadaan dalam negeri, baik regulasi, perizinan, iklim inevatasi itu harus jadi prioritas pemerintah untuk diperbaiki," ucap Shinta.
Dalam roadshow tersebut, Kadin dan Kemenlu memaparkan banyak peluang yang bisa untuk diisi produk Indonesia di beberapa negara nontradisional seperti negara-negara di Afrika hingga Eropa Timur. Untuk Afrika, kata Shinta, peluang terbesar ada pada ekspor produk makanan dan minuman, serta investasi dari sektor infrastruktur.
"Serbia, Bulgaria, Polandia itu banyak peluang. Selama ini pelaku usaha belum tahu karena nggak pernah ke sana," kata Shinta.
Oleh karenanya, sambung Shinta, Kadin menjembatani para pelaku industri untuk mau mengambil pasar Afrika dan Eropa Timur. Shinta menyampaikan produk makanan dan minuman, tekstil dan produk tekstil, furnitur, otomotif, elektronik, dan bahan kimia, masih menjadi produk prioritas.
Kadin, kata dia, juga mendorong pelaku industri lokal untuk memiliki branding yang mampu menjangkau pasar internasional. "Branding go global tidak mudah, perlu difasilitasi pemerintah. Makanya kami kerja sama dengan Kemenlu bagaimana membantu identifikasi segi lokasi, promosi. Kemarin presiden menyampaikan siap memfasilitasi dari segi ritel," ungkapnya.
Shinta menambahkan penurunan ekspor nonmigas juga harus menjadi perhatian bersama. Pasalnya, lanjut Shinta, jumlah impor nonmigas justru mengalami peningkatan.
Shinta menilai penurunan ekspor nonmigas memang bisa berasal dari akibat tekanan eksternal. Namun, ucap Shinta, hal ini bisa diantisipasi dengan memaksimalkan pasar dalam negeri.
"Pasar dalam negeri kita besar. Kita masih bisa andalkan pasar dalam negeri, kalau luar (ekspor) turun, tapi kalau pasar dalam negeri kemasukan impor itu bisa pengaruhi industri dalam negeri," katanya menambahkan.