EKBIS.CO, JAKARTA -- Laporan tahunan perbankan dan keuangan syariah dari Global Islamic Finance Report (GIFR) 2019, menempatkan Indonesia di posisi pertama. Indonesia berhasil mencatatkan skor 81,93 pada Islamic Finance Country Index (IFCI) 2019.
Director General of Cambridge Institute of Islamic Finance (IIF) Humayon Dar mengatakan, indeks yang dilakukan menyusun keuangan syariah dari level terbaik hingga yang terburuk. Dari 48 negara yang dijadikan sampel dan dengan 8 faktor penilaian yang dipetimbangkan, pasar keuangan Indonesia berhasil menempati posisi pertama sebagai yang terbaik. Hal itu dinilai tak lepas dari peran dan dukungan pemerintah Indonesia.
“Ada peningkatan dukungan dari pemerintah Indonesia sehingga menempatkan pasar keuangan syariahnya memuncaki posisi global,” kata Dar, di Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN), Jakarta, Kamis (17/10).
Tahun lalu, Indonesia masih di dalam posisi keenam. Sehingga, kata dia, adanya dukungan berupa perkembangan regulasi yang diikuti oleh peningkatan ekosistem industri perbankan dan keuangan syariah, dukungan politik yang kuat dari pemerintah, dan potensi besar yang ditawarkan ekonomi syariah membuat Indonesia mampu melesat ke posisi pertama.
Menteri PPN Bambang Brodjonegoro menyatakan, perkembangan keuangan ekonomi syariah menunjukkan perkembangan yang luar biasa. Di sisi aspek perkembangan aset keuangan syariah Indonesia per Juni 2019 mencapai 94,44 miliar dolar AS dengan pangsa pasar sebesar 8,29 persen.
Sedangkan berdasarkan catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total aset perbankan syariah tercatat sebesar Rp 499,3 triliun atau 5,95 persen dari total pangsa pasar keuangan syariah. Dengan ini, kata dia, Indonesia mampu menyalip negara GCC yang kerap didominasi Malaysia sejak 2011.
“Ini penting dan bersejarah bagi keuangan ekonomi syariah kita,” ungkapnya.
Sedangkan kapitalisasi saham syariah berdasarkan Saham Syariah Indonesia (ISSI) mencapai Rp 3.699,5 triliun hingga akhir Juni 2019. Total aset yang dikelola Baitul Mal wa Tamwil diperkirakan mencapai Rp 7,2 triliun.
Adapun total zakat yang terhimpun pada 2018 berjumlah Rp 8,1 triliun atau setara dengan 559 juta dolar AS. Dia menyebut, potensi zakat diperkirakan menyentuh 16 miliar dolar AS merujuk catatan Baznas pada 2018.
Tak hanya itu, lanjut dia, jumlah wakaf tanah sebanyak 366.700 lokasi atau 49.589,99 hektare dan 61,97 persennya bersertifikat. Wakaf uang pun mencapai Rp 255 miliar dari 129 nazir wakaf uang yang terdaftar di periode 2011-2018 di Badan Wakaf Indonesia.