Jumat 18 Oct 2019 04:45 WIB

Geliat Kopma Menangkap Peluang Tren Digital

Kopma diharapkan dapat terus berinovasi menyesuaikan kebutuhan zaman.

Rep: Teguh Firmansyah/ Red: Friska Yolanda
Kopma Unesa
Foto: Dok Istimewa
Kopma Unesa

EKBIS.CO,    oleh Teguh Firmansyah*

 

Baca Juga

Matahari perlahan mulai tenggelam. Dita masih bergulat dengan aktivitasnya di kampus. Ia bersama rekan-rekannya di Koperasi Mahasiswa (Kopma) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) disibukkan dengan pembahasan untuk menata ulang minimarket yang menjadi salah satu unit usaha Kopma. 

Rapat digelar di Gedung Kewirausahaan di lantai 2. Gedung ini terletak tak jauh dari gerbang kampus, persisnya berada di sebelah kiri saat hendak masuk ke universitas. Ada 10 orang ikut dalam pembahasan rapat tersebut. Rapat melibatkan sejumlah divisi, termasuk Bidang Usaha yang diketuai oleh Dita. 

"Kami lagi melakukan lay out ulang minimarket, biar minimarket bisa terlihat lebih menarik," ujar Dita yang memiliki nama lengkap Yeni Dita Sari ketika berbincang dengan Republika.co.id, Kamis (10/10).  

Perdebatan sempat terjadi di antara sesama anggota soal peletakan aksesoris dan Unesa Corner untuk penjualan merchandise. Namun perdebatan itu berhasil ditengahi, dan semua sepakat dengan keputusan tata ulang. 

Dita mengakui, minimarket merupakan salah satu unit usaha andalan dari Kopma Unesa. Omzet dari minimarket ini bisa mencapai Rp 30 juta per bulan. Minimarket menjual beragam produk dari mulai makanan, kebutuhan sehari-hari mahasiswa, kaus, hingga alat tulis. Pembelinya pun bermacam-macam, dari mulai anggota koperasi, mahasiswa dan juga nonmahasiswa. 

Letaknya yang strategis membuat minimarket Kopma Unesa mudah dijangkau. Minimarket Kopma berada di lantai 1 Gedung Kewirausahaan yang berada dekat dengan gerbang masuk.

Namun pengurus sadar, Kopma tak bisa hanya mengandalkan lokasi, beragam inovasi pun diluncurkan agar koperasi terus dapat berkembang. "Kita harus terus berinovasi untuk mengembangkan koperasi ini," ujar Dita. 

Dita mengakui Revolusi Industri 4.0 telah membuat model bisnis berubah. Model usaha tidak bisa sekadar mengandalkan jualan seperti biasa. Dari sisi cara bertransaksi hingga pemasaran, semua telah berubah. 

Dari sisi transaksi, misalnya, orang tidak lagi hanya mengandalkan uang tunai. Kalangan milenial atau anak muda saat ini sudah terbiasa untuk bertransaksi secara digital. Apalagi, tak jarang konsumen  memburu promo cashback untuk setiap pembelian. 

Menurut Dita, Kopma Unesa menyesuaikan perubahan model transaksi ini lewat kerja sama dengan Go Pay dan OVO. Transaksi lewat Go Pay bahkan sudah dimulai sejak awal tahun. Sementara OVO baru September kemarin.  "Banyak sekali minatnya, karena ya itu ada cashback," ujar Dita sambil tersenyum.   

Ia mencontohkan salah satu produk yang mendapat cashback yakni produk kaus. Jika beli tunai langsung harganya Rp 70 ribu, namun kalau pakai Go Pay menjadi Rp 60 ribu. Belum lagi produk-produk serta aksesoris lain yang juga laris menjadi incaran konsumen. 

Dari sisi pemasaran, Kopma Unesa juga melakukan banyak perubahan. Penjualan tidak hanya mengandalkan toko offline minimarket. Kopma memasarkan produknya lewat Instagram maupun toko-toko daring seperti Lazada, Shopee, dan Tokopedia. 

Penjualan lewat dunia maya, menurut Dita cukup efektif untuk memperluas tangkapan pasar. Jadi produk dari Kopma tidak hanya dijual di Surabaya saja, tapi juga luar daerah. "Kami bahkan pernah menjual pesanan kaus hingga Kalimantan," ujar mahasiswi yang kini studi di Jurusan Pendidikan Sejarah tersebut.

Menurut Dita, penjualan dari toko online belum ada setahun. Kopma Unesa memulai jualan di toko daring pasca-Idul Fitri kemarin atau sekitar Juni 2019.  

Adapun mengapa Kopma memilih Instagram, jelas Dita, karena sekarang trennya sedang memakai media sosial tersebut. Jadi Instagram, tak hanya sekadar untuk informasi kegiatan saja.  

Instagram Kopma Unesa memiliki lebih dari 2.000 ribu pengikut. Tidak hanya mahasiswa Unesa, tapi juga banyak dari luar. Produk-produk yang ditawarkan dari mulai makanan ringan, sabun, hingga kaus.   

Dita mengungkapkan, selain minimarket, ada tiga unit usaha lain yang dimiliki oleh Unesa. Ketiganya yakni Unesa Corner (penjualan merchandise), rental atau sewa dan terakhir yakni penjualan pulsa.  

Untuk produksi merchandise, Kopma bekerja sama dengan pihak ketiga. Di antaranya untuk pemesanan mug, jam, goodie bag, blocknote.  Produk merchandise juga ditawarkan di toko online Kopma.  Adapun usaha rental, Kopma menyediakan penyewaan proyektor LCD, kamera, dan sebagainya. 

Salah satu usaha bisnis lain yang akan dikembangkan yakni jasa pengiriman. Kopma berencana bekerja sama dengan salah satu vendor perusahaan jasa pengiriman untuk pelaksanaan bisnisnya."Kita ingin mudahkan mahasiswa-mahasiswa yang ingin mengirim barang-barang mereka ke luar," ujar Dita menambahkan. 

Dita mengungkapkan pada tahun ini hingga 30 September 2019, total omzet Kopma kurang lebih sudah mencapai Rp 580 juta dari seluruh total usaha. Capaian itu sudah 80 persen dari target.  "Insya Allah target tercapai."

Prinsip tak berubah

Menurut Ketua Umum Kopma Unesa Aulia Ayik Pratiwi, prinsip dari Kopma ini adalah bisa menjadi besar bersama anggota. Prinsip itu tidak  berubah, meski saat ini sudah memasuki revolusi industri digital.  Semakin besar keuntungan Kopma, kata ia, maka kian besar pula Sisa Hasil Usaha (SHU) yang akan diperoleh oleh anggota. 

Untuk itu, setiap anggota diajak keterlibatannya untuk membeli produk-produk Kopma, baik online atau offline. Setiap anggota yang membeli produk Kopma, kata Dita, akan mendapat poin. Semakin banyak poin yang dikumpulkan, maka akan berpengaruh pada SHU yang didapat. 

photo
Provinsi dengan SHU Kopma terbesar (Data Kemenkop dan UKM 2019)

Anggota juga bisa mendapatkan poin melalui kegiatan-kegiatan yang diadakan Kopma. Misal, kata Aulia, kalau ada kegiatan Unesa seperti seminar atau diskusi, jika anggota ikut terlibat hadir, maka akan menambah jumlah poin.  "Sekarang ini anggotanya yang aktif sekitar 1.500 orang. Keaktifan kita dilihat dari tiga aspek yakni aktif dalam berbelanja, aktif berkegiatan, dan aktif dalam simpanan," jelasnya.  

Salah satu mahasiswi yang menikmati keberadaan Kopma Unesa adalah Lailani Ayu. Ia mengaku merasa dimudahkan dengan kehadiran Kopma. Koperasi menyediakan beragam kebutuhan dari mulai peralatan mandi, mencuci, alat tulis, snack atau minuman ringan. Harganya juga terjangkau Selain itu, transaksi digital yang disediakan Kopma juga memudahkan konsumen.   

"Ketika ada teman yang akan seminar proposal atau wisuda tidak perlu bingung, karena di Kopma ada beberapa suvenir," ujar mahasiswi jurusan Pendidikan Ekonomi itu.

Kopma Unesa mempunyai sejarah yang cukup panjang. Kopma Unesa telah mulai diinisiasi pembentukannya pada 1978. Kopma Unesa berawal dari tekad sekelompok mahasiswa Institut Keguruan dan ilmu pendidikan (IKIP) Surabaya penerima beasiswa Supersemar pada 1978.

Pada 1999, nama IKIP resmi berubah menjadi universitas. Hal ini menuntut perubahan nama koperasi yang awalnya Koperasi IKIP Surabaya menjadi Koperasi Mahasiswa (Kopma) Unesa. Perubahan dilakukan pada Rapat Anggota Tahunan (RAT) ke-XV pada tahun 2000.

Saat ini, Kopma Unesa memiliki empat bidang. Pertama yakni Pengurus Bidang Sumber Daya Anggota, Bidang Usaha, Bidang Keuangan, dan terakhir Bidang Administasi dan Umum. Kopma Unesa pun kini telah berubah mengikuti perkembangan zaman.

Pelatihan digital 

Secara terpisah di Kabupaten, Tulungagung, Jawa Timur, Koperasi Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Al-Kautsar juga terus berkreasi agar Kopma mereka bisa terus berkembang. Kopma Al-Kautsar akan menggelar pelatihan video desain grafis. 

Kegiatan tersebut dilangsungkan pada 18 Oktober 2019. Tujuan pelatihan adalah memaksimalkan media sosial untuk ajang promosi produk-produk Kopma Al-Kautsar.  

"Setelah mengikuti kegiatan pelatihan tersebut diharapkan dapat memaksimalkan media sosial Kopma seperti Instagram, Facebook dan yang lainnya serta memaksimalkan informasi seperti promosi dan lain sebagainya," ujar Ketua Kopma Al-Kautsar Pathul Khaer kepada Republika.co.id, Rabu (9/10).

Pathul menyadari revolusi digital telah membuat banyak perubahan dalam pola hubungan atau bisnis di masyarakat. Beragam penjualan produk kini tak lagi mengandalkan toko offline semata, namun juga memanfaatkan media daring.  Hal ini yang menjadi fokus Kopma Al-Kautsar ke depan. 

Pathul mengakui Kopma Al-Kautsar sempat mati suri hingga 2016. Kini Kopma perlahan mulai bangkit menyusun produk lini bisnisnya yang bisa menguntungkan dan menyejahterakan anggota.  Pada September lalu, Kopma meluncurkan Food Court

Menurut Pathul, dibuatnya Food Court ini agar dapat merangkul dan memberdayakan anggota memanfaatkan fasilitas tersebut.

 

photo
Peluncuran Food Court Kopma Al-Kautsar
 

Food Court menjajakan beragam jenis makanan seperti nasi gegok, berbagai macam mi, kopi seduh, dan beragam jajanan ringan lainnya. Food Court melengkapi lini bisnis Kopma Al Kautsar yakni Kopmart dan usaha percetakan.  

"Insya Allah kita akan kerja sama Go Pay dan OVO untuk sistem pembayaran Food Court-nya," ujar Pathul.  Adapun omzet yang diperoleh dari Food Court ini, kata Pathul, sekitar Rp 3 juta per hari.  

Pathul mengungkapkan, untuk jumlah anggota Kopma Al-Kautsar saat ini sebanyak  518 anggota. Jumlah itu belum termasuk anggota baru. 

Generasi revolusi digital 

Kopma Unesa maupun Al-Kautsar merupakan satu dari sekian banyak koperasi kampus yang terus berkembang dan bergeliat menghadapi tantangan zaman. Mereka menyesuaikan diri dari perubahan-perubahan teknologi yang berjalan dengan cepat.  

Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM, Agus Muharam menilai, Kopma merupakan wadah yang tepat untuk mempersiapkan generasi revolusi industri digital. Kopma memiliki sumber daya manusia (SDM) terdidik dengan baik dan memiliki pemikiran sesuai dengan zamannya.  

“SDM skill terlatih, memiliki usia dan fisik yang kuat dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya, termasuk kalau kita bicara artifisial intelligence,” ujarnya kepada Republika.co.id.

Revolusi Digital, jelas Agus, telah berjalan di berbagai kampus di Tanah Air.  Ia pun mencontohkan sejumlah Kopma yang telah berbasis atau bergerak digital terutama dalam proses pemasaran dan layanannya. Mereka antara lain, Kopma Universitas Gajah Mada Yogya, Kopma UIN Sunan Kalijogo Yogya, Kopma UIN Walisongo Semarang, Kopma UPI Bandung, dan Kopma Dr. Angka ITS Surabaya.  “Tentunya masih banyak lagi Kopma lainnya,” ujar Agus. 

Agus berharap Kopma dapat terus berinovasi menyesuaikan kebutuhan zaman. Menurut mantan sekretaris Kemenkop dan UKM itu, ada  beberapa hal yang perlu disesuaikan oleh Kopma. Pertama dari sisi pola manajemen.  Koperasi milenial, kata ia, tidak lagi hanya menjalankan bisnis secara konvensional, karena saat itu sudah memasuki era ekonomi digital. Dari sisi pembayaran, misalnya, Kopma perlu memperluas model pembayaran melalui transaksi digital. 

photo
Data Kemenkop dan UKM 2019.

Kemudian perluasan jaringan. Perluasan jaringan ini akan bagus bukan hanya untuk bisnis usaha semata, namun juga nama baik Kopma.  Agus juga menyarankan agar Kopma memanfaatkan dan membantu sosialisasi riset dari perguruan tinggi.  “Misal ada temuan baru di bidang industri kreatif, Kopma bisa bantu menyosialisasikan,” ujarnya.   

Selain itu,  untuk mengoptimalkan potensi, jelas Agus, Kopma bisa mendirikan induk industri koperasi mahasiswa. Artinya, Kopma tidak hanya berkembang internal kampus, tapi juga menyinergikan dengan universitas lain. Tujuannya untuk tukar informasi teknologi maupun mengoptimalkan dana yang terhimpun.  

Agus optimistis Kopma dapat terus bergeliat dan bisa menghasilkan produk inovasi-inovasi baru yang bermanfaat tidak hanya untuk anggota, tapi juga mahasiswa dan masyarakat pada umumnya. Kopma bisa menjadi peluang untuk mendorong terciptanya lapangan kerja baru.  

*) Penulis adalah jurnalis Republika.co.id

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement