EKBIS.CO, Sekretaris Perusahaan PGN Rachmat Hutama mengatakan perluasan jaringan infrastruktur merupakan upaya PGN dalam memenuhi kebutuhan gas bumi yang terus meningkat dan guna mencapai bauran energi minimal 22 persen pada 2024 seperti yang ditargetkan pemerintah. Saat ini,sebagai sub holding migas, total jaringan pipa gas PGN sepanjang lebih dari 10 ribu kilometer (km).
Selain itu, PGN juga mengoperasikan 2 FSRU, 1 land-based regasification terminal, 64 stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) dan 4 mobile refueling unit (MRU). Ke depan, kata Rachmat, infrastruktur gas bumi Trans Jawa diharapkan terkoneksi dengan Sumatera. Dengan demikian, keandalan pasokan gas bumi kian meningkat dan diiringi perluasan pasar guna utilisasi gas bumi domestik.
"Terkoneksinya jaringan infrastruktur gas Trans Jawa dan Sumatera praktis tinggal menyisakan pipa Cirebon-Semarang dan Medan-Dumai," kata Rachmat, Jumat (18/10).
Rachmat melanjutkan, sesuai rencana kerja PGN hingga 2024, perusahaan akan membangun sejumlah infrastruktur baru di antaranya jaringan pipa transmisi dan distribusi masing-masing sepanjang 528 kilometer dan 500 kilometer. Kemudian, 7 LNG filling station untuk truk atau kapal, 5 FSRU, 3,59 juta sambungan rumah tangga dan 17 fasilitas LNG untuk mensuplai kebutuhan kelistrikan dan menjangku wilayah geografis dengan karakterisktik kepulauan di seluruh Indonesia.
"Pembangunan infrastruktur jaringan gas bumi adalah keniscayaan untuk mencapai target bauran energi seperti yang ditargetkan pemerintah," ucap Rachmat.
Rachmat menyampaikan apabila target bauran energi minimal 22 persen pada 2024 tercapai, negara bisa menghemat triliunan rupiah dengan impor bahan bakar minyak dan LPG akan berkurang sehingga berpotensi menghemat Rp 62 triliun. Kemudian, subsidi untuk BBM dan LPG juga bisa dipangkas hingga Rp 13 triliun dan bauran energi juga memberi nilai tambah hingga Rp 60 triliun.
"Tercapainya target bauran energi di sektor gas juga akan membantu pemerintah meningkatkan ketahanan energi nasional sesuai dengan potensi sumber daya negeri ini ke depan," lanjut Rachmat.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan pengembangan infrastruktur gas cukup penting mengingat sudah menjadi rencana pemerintah. Kata Fabby, gas merupakan bahan bakar transisi dari energi fosil ke energi yang lebih ramah lingkungan dan tengah menjadi primadona.
"Membangun infrastruktur gas itu menjadi penting karena memang banyak kawasan industri kita belum terkoneksi dengan jaringan gas," ujar Fabby.
Fabby menilai sah-sah saja rencana PGN yang ingin meningkatkan konektivitas jaringan gas Jawa dan Sumatera mengingat adanya kebutuhan. Namun, kata Fabby, PGN dan pemerintah perlu mengkaji secara besaran permintaan dan kebutuhan yang benar-benar diperlukan.
"Memang persoalan infrastruktur gas ini selama ini kan lambat, kalau PGN ingin menghubungkan itu saya kira bagus. Hanya memang pertanyaannya ekonomis atau tidak, ini kan sama seperti kita sudah bicara soal pipanisasi gas di Jawa, dari Cepu ke Pantai Utara Jawa ke (Jawa) Timur, kan itu sampai hari ini belum kejadian juga," ucap Rachmat.