Selasa 22 Oct 2019 07:36 WIB

KKP: Kualitas Ikan Kunci Tembus Pasar Global

Di tengah situasi ekonomi yang lesu, negara cenderung memproteksi pasarnya.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Friska Yolanda
Nelayan menurunkan ikan hasil tangkapannya di Pelabuhan Pendaratan Ikan, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Kamis (13/6/2019). Menurut nelayan setempat, hasil tangkapan ikan dalam seminggu terakhir cukup melimpah.
Foto: ANTARA FOTO/Basri Marzuki
Nelayan menurunkan ikan hasil tangkapannya di Pelabuhan Pendaratan Ikan, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Kamis (13/6/2019). Menurut nelayan setempat, hasil tangkapan ikan dalam seminggu terakhir cukup melimpah.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Di tengah situasi ekonomi global yang lesu, negara-negara di dunia saat ini cenderung lebih proteksionis terhadap pasarnya terhadap barang masuk. Untuk itu, peningkatan kualitas ikan Indonesia menjadi kunci untuk menembus pasar internasional.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebjakto mengatakan, pemerintah tengah berupaya meningkatkan mutu produksi ikan yang berorientasi ekspor. Baginya, kecenderungan sikap proteksionis negara-negara global merupakan tantangan yang perlu dijawab.

Baca Juga

"Kita fokus ke kualitas (ikan). Di kondisi seperti sekarang ini, kuncinya adalah kualitas kalau orang mau beli ikan kita," kata Slamet kepada Republika.co.id, Senin (22/10). 

Dengan beberapa modal investasi yang masuk ke sektor perikanan, dia berkomitmen peningkatan produksi budidaya perikanan bakal beriringan dengan kualitas itu sendiri. Mengacu grafik KKP, realisasi investasi di sektor perikanan budidaya pada 2015 mencapai Rp 680 miliar. Angka tersebut kemudian anjlok di tahun 2016 yang hanya mencapai Rp 304 miliar.

Pada 2017, realisasi investasi kembali naik menjadi Rp 869 miliar dan kembali turun di 2018 sebesar Rp 635 miliar. Sedangkan hingga Oktober 2019, realisasi investasi tercatat menyentuh Rp 893 miliar. Sedangkan selama ini pasar ekspor ikan Indonesia masih berkutat di sekitar Amerika dan Jepang, sedangkan dengan rencana peningkatan produksi yang ada dengan realisasi investasi masuk, pemerintah mencoba membidik pasar ke negara-negara Eropa yang belum terjamah.

Kepastian akses pasar global pun, kata dia, juga diselaraskan dengan sejumlah investasi yang masuk. Menurutnya, terdapat beberapa negara yang melakukan investasi perikanan di Indonesia dan tengah dinegosiasikan agar bisa memberikan akses pasar yang lebih khusus terhadap produk ikan asal Indonesia ke negaranya.

"Seperti ke Norwegia, mereka investasi di sini. Kita minta lah ke mereka, semacam pertukaran. Kita masih impor bahan baku misalnya ke mereka, kita tawarkan juga beberapa produk ikan kita yang memang pasarnya di sana itu ada," kata Slamet. 

Sebelumnya, Direktur Utama Perum Perikanan Indonesia (Perindo) Risyanto Suanda menargetkan pada 2019 ini, Perindo membidik ekspor perikanan menjadi 2.000 ton. Jumlah ini naik 65 persen dari realisasi ekspor tahun 2018 dengan jumlah 694 ton. Dengan target peningkatan volume ekspor itu, dia memastikan nilai ekspor pun ikut bertambah sekitar 22 juta dolar AS atau Rp 330 miliar.

“Ekspor kita targetkan meningkat 100 persen dari nilai ekspor tahun lalu 6,8 juta dolar AS menjadi sekitar 22 juta dolar AS atau 25 persen dari total pendapatan perusahaan,” ungkap Risyanto. 

Risyanto mengungkapkan, tahun lalu ekspor produk perikanan Indonesia merambah berbagai negara antara lain Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, Tiongkok, dan Vietnam. Tahun ini pun negara tujuan ekspor diprediksi masih akan sama.

Perum Perindo pertama kali melakukan ekspor pada tahun 2016. Kala itu volume ekspornya masih sangat kecil yaitu sekitar 39 ton dengan nilai 0,13 juta dolar AS dengan dua negara tujuan yaitu Amerika Serikat dan Jepang. Seiring berjalannya waktu, ekspor produk perikanan Indonesia menunjukkan peningkatan. Pada 2017, Perum perindo kembali mengekspor 83 ton ikan dengan nilai 0,73 juta dolar AS ke negara tujuan yaitu Jepang, Amerika Serikat, dan Cina.

Peningkatan ekspor signifikan terjadi di tahun 2018 di mana ekspor Perum Perindo mencapai 694 ton dengan nilai 6,83 juta dolar AS ke negara tujuan yang bertambah, seprti ke Vietnam dan Korea Selatan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement