Ahad 27 Oct 2019 12:22 WIB

Natal dan Libur Ahir Tahun Dorong Konsumsi Masyarakat

Pertumbuhan konsumsi pada Semester II akan sedikit melambat.

Rep: Anastasia AS(swa.co.id)/ Red: Anastasia AS(swa.co.id)
foto-ilustrasi
foto-ilustrasi

 

DBS Group Research memprediksi penjualan online akan meningkat saat gelaran National Online Shopping Day atau Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) di bulan Desember mendatang.

Hasil riset juga menunjukan pertumbuhan konsumsi pada Semester II akan sedikit melambat dibandingkan dengan Semester I, karena rendahnya subsidi yang diberikan pemerintah. Konsumsi di luar Jawa juga akan terpengaruh oleh turunnya harga komoditas, seperti harga minyak sawit (CPO) dan batu bara.

Analis DBS Group Research, David Arie Hartono, menjelaskan, penjualan ritel akan mengalami kenaikan saat perayaan Natal dan akhir tahun. Namun, maraknya ritel online dan e-commerce yang saat ini tengah melambung akan menjadi tantangan bagi perusahaan ritel. “Kondisi ini dipengaruhi oleh program Harbolnas yang menawarkan banyak promo di bulan Desember nanti,” kata dia.

Meskipun kontribusi penjualan online terhadap total penjualan ritel belum mencapai angka yang signifikan, yakni berkisar di angka 1 - 2%, namun penjualan online berkembang dengan pesat. Sehingga, untuk ikut bersaing dengan e-commerce, penjualan ritel offline juga harus memasuki pasar online.

Penjualan online atau e-Commerce saat ini memiliki peran penting dalam industri ritel Indonesia. Masyarakat yang berbelanja online terus meningkat dan masih akan tetap tumbuh dalam beberapa tahun ke depan. Penyebabnya adalah karena harga yang ditawarkan lebih murah, nyaman, menghemat waktu, bisa memilih lebih banyak produk dan penjual, serta meningkatnya jumlah pengguna internet dan telepon pintar.

“Penjualan ritel online di Indonesia diperkirakan akan terus tumbuh, karena didukung oleh pembangunan infrastruktur, tingginya tingkat penetrasi telepon pintar, dan meningkatnya populasi penduduk berpenghasilan menengah,” kata dia menambahkan.

Para pemain e-Commerce tidak hanya menjual produk lewat platform Tokopedia, Shopee, Lazada, Zalora, Blibli, atau Bukalapak saja, tetapi juga menjual produk lewat media sosial, seperti Instagram.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) pada 9 Oktober 2019 juga merilis bahwa penjualan ritel pada kuartal III 2019 melambat dibanding kuartal sebelumnya. Perlambatan penjualan terjadi pada hampir seluruh komoditas barang yang disurvei, terutama kelompok sandang. Hasil survei mengindikasikan penjualan ritel pada Kuartal III 2019 tumbuh 1,8% (year on year), lebih rendah dibandingkan 4,2% pada Kuartal II 2019 dan Kuartal III tahun lalu sebesar 4,6%.

Perlambatan penjualan tersebut terjadi pada hampir seluruh komoditas barang yang disurvei, terutama kelompok sandang yang hanya tumbuh 1%. Pada Kuartal II, kelompok sandang mencatatkan pertumbuhan sebesar 27,5% seiring meningkatnya permintaan selama momentum Ramadan dan Idul Fitri.

Pertumbuhan ekonomi Kuartal III ditopang oleh masih kuatnya konsumsi rumah tangga dan aktivitas pembangunan infrastruktur yang masih berlanjut. Gubernur BI, Perry Warjiyo, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2019 akan mencapai 5,1%. Pencapaian tersebut masih akan ditopang oleh besarnya konsumsi dalam negeri.

konsumsi tetap akan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia, salah satunya didorong oleh penyaluran bantuan sosial (bansos) pemerintah. Bansos mampu menopang konsumsi masyarakat menengah bawah. Laju investasi bangunan juga mendorong pertumbuhan ekonomi seiring pembangunan infrastruktur yang masih masif.

Menurut Bank Indonesia, mereka juga mengupayakan keberlanjutan investasi swasta non-bangunan. Selain itu, beberapa harga komoditas pertanian, seperti minyak kelapa sawit (CPO), karet, kopi, dan coklat, memberikan dampak yang sangat kuat terhadap pendapatan rumah tangga di Indonesia dan berdampak pada belanja konsumen.

Hal tersebut, menurut riset yang dikeluarkan tidaklah mengherankan. Sebabm sebagian besar penduduk Indonesia adalah petani yang separuhnya adalah petani dari 4 komoditas tersebut.

“Tidaklah mengherankan jika harga komoditas memberikan dampak material terhadap konsumsi belanja di Tanah Air. Sementara komoditas penting ini sedang berada di titik terendah. Setiap terjadi pemulihan harga akan langsung diterjemahkan ke dalam daya beli petani yang tinggi,” kata dia menutup pembicaraan.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan swa.co.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab swa.co.id.
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement