Kondisi ekonomi global yang masih dihadapkan dengan ketidakpastian karena adanya perang dagang dan beberapa isu geopolitik, dapat memengaruhi perekonomian Indonesia. Hal ini menjadikan orang ragu untuk melakukan investasi.
Namun Chief Economist Tanamduit, Ferry Latuhihin, mengatakan, dalam kondisi seperti ini, investasi yang paling tepat menurutnya bisa melalui fintech. Pasalnya fintech merupakan bagian dari pendalaman pasar keuangan (financial market deeping) yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ia mencontohkan dengan peer to peer lending masyarakat bisa mendapatkan dana untuk modal usaha secara cepat.
“Karena fintech bisa memberikan multiplier effect dan bisa memobilisasi dana masyarakat,” ujarnya.
Co-founder TanamDuit, Muhammad Hanif, menyampaikan dengan kemajuan teknologi pihaknya telah memanfaatkannya untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam berinvestasi. Saat ini Tanamduit telah menyediakan produk keuangan seperti reksadana asuransi, surat berharga negara (SBN) dan obligasi negara ritel (ORI). “Kini produk juga semakin terjangkau, seperti bisa mulai dengan membeli reksadana Rp 10 ribu dan asuransi mulai dari Rp 50 ribu,” jelasnya.
Ia mengungkapkan, saat ini di Indonesia nasabah reksadana tumbuh pesat. Hingga kuartal empat user Tanamduit telah mencapai sekitar 140 yang didominasi oleh kalangan milenial. “Dana kelola reksadana Rp 400 miliar, ke depan kami targetkan mencapai Rp 1 triliun.
Ke depan, ia berharap Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bisa mendukung fintech dengan ikut memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya invetasi serta adanya regulasi terhadap perlindungan konsumen. “Terutama mengenai pemberian izin, supa tidak ada yang bodong sehingga masyarakat merasa aman dengan fintech ini,” katanya.
www.swa.co.id