EKBIS.CO, JAKARTA -- Realisasi Surat Berharga Negara (SBN) ritel telah mencapai Rp 48,17 triliun per Oktober 2019. Seri SBN syariah atau sukuk (SBSN) mencapai 28,58 triliun dari empat kali penerbitan, sementara obligasi (SUN) sebesar 19,59 triliun dari lima penerbitan.
Analis Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra permintaan investor ritel yang terlihat lebih tinggi pada instrumen SBSN Ritel dibandingkan dengan SUN Ritel dipengaruhi oleh beberapa faktor.
"Faktor pertama adalah meningkatnya kebutuhan akan instrumen investasi syariah yang dapat dijangkau oleh investor ritel," kata dia pada Republika.co.id, belum lama ini.
Selama ini, produk investasi syariah masih banyak didapatkan dari reksa dana maupun produk perbankan syariah. Sehingga keberadaan instrumen investasi yang aman dijamin negara menjadi daya tarik untuk diversifikasi.
Faktor kedua, tambah Adi, adalah tren penurunan suku bunga. Seiring dengan tingkat suku bunga yang semakin rendah, terlihat minat investor ritel di instrumen SBN ritel juga turun.
"Oleh sebab itu penerbitan Sukuk Ritel di awal tahun yang menawarkan bagi hasil yang masih cukup tinggi menarik bagi investor ritel dan mendapatkan respons positif dengan tingginya jumlah penawaran," kata dia.
Sekarang, seiring dengan tren suku bunga atau imbal hasil yang terus menurun, peminatnya juga tampak berkurang. Adi memandang penerbitan SBN ritel memang merupakan instrumen pelengkap bagi pemerintah. Lebih diutamakan SBN yang umum ditawarkan melalui pelaksanaan lelang.
"Kalau saya melihat mengenai jadwal penerbitan sudah oke, artinya dengan sering dilakukan penawaran maka akan semakin menjangkau investor ritel," kata dia.
Mengenai kebijakan suku bunga, ia melihat masih ada peluang penurunan lagi pada tahun depan sebanyak dua kali lagi masing-masing 25 basis poin (bps) hingga tingkat 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) di level 4,50 persen.
Artinya, ada peluang tingkat imbal hasil dari SBN akan melandai dan mempengaruhi tingkat imbal hasil SBN Ritel. Suku bunga deposito juga secara perlahan akan terus turun.
Dalam kondisi tersebut, dana-dana masyarakat bisa kembali menyebar, termasuk di deposito bank. Adi menilai likuiditas perbankan ketat di tahun ini sebenarnya dipengaruhi pula oleh semakin terbatasnya dana yang ditabung oleh masyarakat.
Ia tidak melihat ada penggembosan besar-besaran dana dari bank karena lari ke SBN. Menurutnya, masih jauh lebih besar dana ritel masyarakat yang ada di perbankan dibandingkan yang masuk ke SBN. Kementerian Keuangan menargetkan realisasi SBN ritel pada tahun ini sebesar Rp 60-80 triliun.