EKBIS.CO, JAKARTA -- Angka kelahiran sapi lokal hingga medio November telah melampaui target yang ditentukan pemerintah. Upaya penambahan populasi sapi di dalam negeri sejauh ini dilakukan lewat penyuntikan inseminasi buatan yang merupakan bagian dari program Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Buntung (Upsus Siwab). Meski begitu, Kementerian Pertanian masih membutuhkan dukungan pembiayaan perbankan.
Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementan, Sugiono menyampaikan, angka kelahiran kumulatif ternak sapi lokal tahun 2019, terhitung sejak 1 Januari hingga 15 November mencapai 1.760.360 ekor.
Capaian kelahiran tersebut setara 104,78 persen dari target kelahiran tahun ini sebanyak 1.680.000 ekor. "Angka kelahiran melampaui target. Intinya semua tinggal komitmen saja untuk melaksanakan SIWAB baik di tingkat pusat maupun daerah," kata Sugiono kepada Republika.co.id, Ahad (17/11).
Melihat capaian tahun ini yang masih positif, Sugiono mengatakan kebijakan UPSUS SIWAB ke depan akan tetap dilakukan. Hanya saja, untuk tahun 2020, pihaknya belum menjelaskan lebih detail mengenai target dan kebutuhan pembiayaan untuk penyuntikan inseminasi buatan. Peningkatan kelahiran sapi lokal tujuan utamanya untuk meningkatkan produksi daging di Indonesia demi mengurangi volume impor.
Berdasarkan data Kementan, [roduksi sapi lokal hingga tahun 2018 belum mencukupi kebutuhan nasional. Prognosis kebutuhan daging sapi dalam negeri tahun lalu sebanyak 404.439 ton, namun total kebutuhan daging dalam negeri mencapai 662.541 ton.
Memasuki tahun ini, produksi daging sapi lokal ditarget meningkat menjadi 404.590 ton namun kebutuhan juga ikut naik menjadi 686.271 ton. Volume kebutuhan itu berdasarkan pada rata-rata konsumsi per kapita per tahun yang sebesar 2,56 kilogram. Kementan mengakui, pada tahun 2019 kenaikan permintaan jauh lebih tinggi daripada produksi dalam negeri.
"Inseminasi buatan akan tetap berjalan dan untuk pembiayaan masih dalam proses perencanaan," ujar Sugiono.
Sebelumnya, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo meminta dorongan dari pihak perbankan untuk mau mengucurkan kredit usaha rakyat (KUR) untuk sektor peternakan. Ia mengaku, pengembangan inseminasi buatan (IB) bagi ternak sapi membutuhkan dukungan permodalan.
Namun, menurut Syahrul kenyataan di lapangan menunjukkan para petani maupun peternak tidak mudah mendapatkan KUR. Karena itu, pihaknya masih mencari solusi agar penyaluran KUR bagi sektor peternakan akan lebih mudah demi mendukung upaya swasembada daging sapi.
Pada pekan lalu, lewat rapat koordinasi level Kementerian Koordinator Perekonomian, pemerintah memutuskan untuk menurunkan suku bunga KUR menjadi 6 persen. Plafon KUR juga ditambah dari semula Rp 150 triliun menjadi Rp 190 triliun dan akan mulai diterapkan mulai tahun 2020.
Pihaknya pun mengusulkan agar KUR, dari plafon yang bakal disediakan sebesar Rp 190 triliun, sebanyak Rp 50 triliun di antaranya bisa diarahkan untuk sektor pertanian. "Memang ini tanpa agunan, tapi kenyataan di lapangan tidak seperti apa yang ada. Rp 50 triliun, itu standar yang kita berikan," kata dia.